Pages

Selasa, 19 Mei 2015

E-JOURNAL


AJARAN SIWAISTIS DALAM TEKS TUTUR BAGUS DYARSA
(Kajian Filosofis)
OLEH:
KOMANG BUDIARSANA
E-mail: komangbudiarsana71@gmail.com
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Pembimbing I


Drs. I Wayan Redi, M.Ag     
      NIP.19631231 199403 2 020

Pembimbing II


Drs. I Ketut Wardana, M.Hum
     NIP. 19651231 198503 1 019
           
Mengetahui,

Wakil  Dekan I


Dr.Drs. I Made Surada, M.A
NIP. 19670206 1994031 003








ABSTRAK
Teks Tutur Bagus Dyarsa merupakan teks yang berpaham Siwaistis,  yang memiliki makna-makna luhur. Keberadaan teks Tutur Bagus Dyarsa belum banyak diketahui masyarakat secara umum, sehingga perlu untuk dikaji lebih dalam mengenai makna-makna yang terkandung didalamnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan teks Tutur Bagus Dyarsa sebagai objek penelitian yaitu dengan judul “Ajaran Siwaistis Dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa Kajian Filosofis”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana eksistensi ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa?. (2) Bagaimana konsep-konsep ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa?. (3) Apa makna filosofis yang terkandung dalam teks Tutur Bagus Dyarsa?.
 Adapun teori yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teori semiotika, teori simbol dan teori makna, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, jenis data dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder. Tehnik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Tehnik analisis data juga penting digunakan dalam penelitian ini. Penyajian analisis data menggunakan kajian filosofis yaitu mengkaji secara mendalam makna-makna yang terkandung dalam teks Tutur Bagus Dyarsa.
Setelah dilakukan analisis data maka hasil penelitian yang diperoleh bahwa struktur yang membangun teks Tutur Bagus Dyarsa terdiri dari sinopsis, insiden, alur, tokoh atau penokohan, latar, tema dan amanat. Eksistensi ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa tertuang dalam wejangan-wejangan yang diberikan Bhatara Guru kepada Bagus Dyarsa bahwa setiap manusia dalam menjalani hidup agar tidak dibutakan dengan kesenangan duniawi, manusia seharusnya sadar sepenuhnya tentang siapa dirinya yang sebenarnya. konsep-konsep ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa terdiri dari konsep tattwa, etika dan upacara, konsep tattwa yang dimaksud adalah ajaran tentang kebenaran, konsep etika yang dimaksud adalah ajaran tentang baik buruk seseorang dalam berprilaku yang akan berpengaruh pada kehidupan selanjutnya, konsep upacara yang dimaksud adalah hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta. Makna yang terkandung dalam teks Tutur Bagus Dyarsa yaitu hakekat estetika dan hakekat kehidupan sosial politik (socio political life). Hakekat estetika jika ditinjau dari nilai intrinsik maka teks Tutur Bagus Dyarsa memiliki makna pengendalian diri, seseorang memiliki kewajiban dalam memimpin dirinya sendiri, hakekat kehidupan sosio-politik yang dimaksud adalah agar dalam menjalani kehidupan ini hendaknya seseorang berpedoman pada perjalanan hidup Bagus Dyarsa sehingga kedamaian semasa hidup dan setelah kehidupan akan tercapai.

Kata Kunci: Ajaran Siwaistis, Teks Tutur Bagus Dyarsa, Kajian Filosofis.




PENDAHULUAN
Umat Hindu di Bali dalam menjalankan kehidupannya tidak hanya berpatokan pada kitab-kitab suci Hindu akan tetapi banyak karya-karya sastra tradisional (susastra Hindu) yang dijadiakan patokan dalam menjalani kehidupan di dunia ini, karya-karya sastra tradisional ini sumber ajarannya tidak terlepas dari Veda sebagai kitab suci uamat Hindu. Intisari ajaran Veda dijadikan karya sastra dalam bentuk lontar untuk lebih mudah memahami ajaran Veda di Bali pada zaman dahulu. Salah satu contoh uamat Hindu dalam menjalankan kehidupan berpatokan pada lontar adalah pada saat bercocok tanam dikebun, harus menentukan hari baik kapan menanam biji-bijian, pohon berbuku, dan lain-lain, itu termuat dalam lontar Wariga dan memang memberikan hasil yang optimal apabila itu dilaksanakan dengan baik.
Selain contoh diatas karya susastra Hindu klasik yang berupa lontar memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat relevan apabila di jalankan pada kehidupan masa kini, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam lontar-lontar masih kurang dipahami masyarakat Hindu khusunya di Bali. Perkembangan zaman dan budaya instan menjadi pengaruh terkikisnya kesadaran masyarakat Hindu di Bali dalam menggali makna dari lontar-lontar yang ada di Bali. Feneomena di masyarakat, lontar bagi masyarakat Hindu sanagat dikeramatkan sehingga masih banyak lontar-lontar yang belum terjamah, padahal nilai-nilai yang terkandung dalam lontar-lontar itu sangat penting untuk diketahui generasi muda saat ini supaya tidak terjadi degaradasi moral dan etika.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai ajaran Siwaistis  yang terkandung dalam Teks Tutur Bagus Dyrsa. Teks Bagus Dyarsa tergolong kedalam teks tutur yang juga disebut Purwagamasasana bersumber dari kitab Smerti (Dharmasastra). Smerti sebagai Dharmasastra bersifat suplemen atau pelengkap dalam melengkapi keterangan pada kitab Sruti Titib (dalam Suweta, 2012: 1-2). Teks Tutur Bagus Dyarsa merupakan teks berpaham Siwaistis. Ajaran Siwa tertuang dalam wejangan-wejangan Bhatara Guru dengan Bagus Dyarsa yang perlu untuk diketahui dan dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. keunikan dari teks ini yaitu diceritakan bahwa seorang pebotoh atau pejudi bernama Bagus Dyarsa dapat mencapai sorga tanpa lahir kedunia ini, pebotoh atau pejudi dapat dikatakan memiliki konotasi yang negatif dikalangan masyarakat, karena seseorang yang menekuni hal tersebut hanya mengisi kesenangan duniawi saja. berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam makna-makna yang terkadung dalam teks Tutur Bagus Dyarsa. Karya sastra klasik berupa lontar  merupakan warisan budaya Hindu yang memiliki nilai sangat luhur. Sehingga dengan meningkatkan minat para peneliti lontar dalam mengkaji isi sebuah lontar susastra Hindu klasik, merupakan tindakan apresiasi yang positif terhadap jerih payah para pendahulu umat Hindu dalam mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya. Sehingga diharapkan dengan pengkajian-pengkajian lontar-lontar yang masih belum banyak dipahami oleh umat hindu akan mengubah paradigma masyarakat khususnya umat Hindu ke arah yang positif dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur dari suatu lontar.  Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah Teks Tutur Bagus Dyarsa.
METODE
Menurut Suriasumantri (1990: 119) metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode mempunyai peranan penting dalam penelitian agar memperoleh hasil yang baik maka diperlukan memilih metode yang tepat guna memperoleh, menganlisa, dan mengolah data yang obyektif yang relevan dengan permasalahan yang dibahas yaitu Ajaran Siwaistis dalam Teks  Tutur Bagus Dyarsa (Kajian Filosofis). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.1  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Karakteristik penelitian kualitatif adalah objek yang menjadi fokus penelitian. Penelitian kualitatif tidak menekankan pada kuantum atau jumlah, jadi dapat disimpulkan bahwa, penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang tidak melakukan perhitungan-perhitungan dalam bentuk angka.

3.2  Jenis Data dan Sumber Data

3.2.1        Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Dalam penelitian ini, data primer akan diambil dari teks transliterasi Lontar  Tutur Bagus Dyarsa.

3.2.2        Sumber Data
Jenis data yang diambil dalam penelitaian ini adalah ini adalah data dari sumber kepustakaan yaitu data skunder. Data skunder adalah data yang diperoleh dan di kumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.

3.3  Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.

3.3.1        Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini, studi pustaka dilakukan dengan memahami data dengan baik sebagaimana yang terdapat pada teks transliterasi Teks Tutur Bagus Dyarsa.

3.3.2        Studi Dokumentasi
Menurut Hadi (1983: 73) menyatakan bahwa pencatatan dokumen adalah salah satu yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau dokumen dari segala macam serta pencatatan yang sistematis.

3.4  Teknik Analisis Data
Metode teknik analisis data diharapkan menghasilkan suatu deskripsi mengenai fenomena yang terjadi secara mendalam.

3.5  Penyajian Analisis Data
Dalam menganalisis data diperlukan ketelitian dari seorang peneliti karena data yang telah terkumpul harus disajikan dengan uraian bahasa yang mudah dipahami.

HASIL PENELITIAN
4.1 Struktur Teks Tutur Bagus Dyarsa
Dalam penelitian ini struktur teks Tutur Bagus Dyarsa penting untuk dibahas untuk mengetahui hal-hal yang membangun teks Tutur Bagus Dyarsa. Jika ditinjau dari struktur luar struktur teks Tutur Bagus Dyarsa yang terdapat di Gedong Kertya Singaraja berbeda dengan Teks Bagus Dyarsa yang terdapat di Dinas Kebudayaan Propinsi Bali. Adapun struktur yang membangun teks Tutur Bagus Dyarsa yaitu: sinopsis teks Tutur Bagus Dyarsa, tokoh atau penokohan, insiden, alur atau plot, latar, tema dan amanat dalam teks Tutur Bagus Dyarsa.

4.2 Eksistensi Ajaran Siwaistis dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa
Ali (1991: 253) pada kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, eksistensi adalah adanya keberadaan. Keberadaan yang dimaksud adalah memeperlihatkan jati diri dengan berbagai kelebihan yang khas melekat pada sesuatu. Eksistensi juga dapat diartikan sebagai suatu ciri tertentu untuk bisa menampakan diri dibandingkan dengan yang lain. Eksistensi ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa bahwa Bhatara Guru mengajarkan umatnya untuk tidak terikat dengan kesenangan duniawi, supaya mampu untuk mecapai tujuan hidup dari agama Hindu yaitu moksa, moksa adalah menyatunya atman dengan Brahman (Tuhan), atman merupakan percikan terkecil dari Brahman (Tuhan) yang menghidupi setiap mahluk sehingga tidak mengalami kelahiran kembali, sebab kelahiran adalah suatu penderitaan sehingga perlu untuk diahkiri.

4.3. Konsep-konsep Ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa
4.3.1 Konsep Tattwa dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa
Wojowasito dalam Ariwidayani (2013: 19) pada kamus kawi Jawa Kuno-Indonesia bahwa tattwa diartikan sebagai kebenaran, hakekat, riwayat dan cerita. Menurut Rudia dalam Dwipayanti (2012: 78) menyatakan bahwa tattwa adalah inti atau kebenaran dasar ajaran agama. Adapun konsep tattwa dalam teks Tutur Bagus Dyarsa dijelaskan bahwa Ilmu pengetahuan sangat penting untuk dimiliki setiap orang, dengan ilmu pengetahuan maka akan berpengaruh terhadap prilaku seseorang. Ilmu pengetahuan juga dikatakan sebagai senjata untuk membedah setiap persoalan dalam hidup ini sehingga untuk mejalani kehidupan akan menjadi lebih mudah. Dewi Saraswati merupakan lambang dari ilmu pengetahuan dalam agama Hindu. Pengetahuan tentang kebenaran agama sangat perlu untuk dipelajari, sehingga dengan mengetahui kebenaran agama maka pikiran seseorang akan terkendali, sehingga perilaku maupun ucapan juga akan terkendali.

4.3.2 Konsep Etika dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa
Dalam teks Tutur Bagus Dyarsa terkandung berbagai konsep etika, adapun konsep etika yang dimaksud adalah Bagus Dyarsa adalah seorang yang baik hati perlu untuk dijadikan contoh dalam menjalani kehidupan ini, Bagus Dyarsa memiliki konsep bahwa semua manusia itu adalah sama tidak ada manusia yang hina, konsep pemikiran Bagus Dyarsa merupakan konsep pemikiran yang perlu untuk ditiru sehingga tidak terjadi suatu diskriminasi suku antar ras dan agama. Ketika seorang pengemis datang untuk meminta sisa makanan kepada Bagus Dyarsa, Bagus Dyarsa mengajaknya makan bersama meskipun pengemis itu memiliki keaadan fisik yang bau dan jorok, tetapi Bagus Dyarsa mampu untuk mengajaknya makan bersama.

4.3.3 Konsep Upacara  dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa
Secara etimologi upacara berasal dari kata “Upa dan Cara”. Upa yang berarti sekeliling atau menunjukka segala cara, dan kata cara yang berarti aktifitas, jadi yang dimaksud dengan upacara adalah gerakan disekeliling kehidupan manusia dalam upaya menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa (Purwita, 1989: 3).
Dari pengertian upacara tersebut diatas maka konsep upacara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membahas lebih dalam mengenai hubungan manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam teks Tutur Bagus Dyarsa yang patut untuk dijadikan pedoman dalam hidup untuk mencapai suatu keseimbangan antara skala dan niskala. Manusia merupakan ciptaan Tuhan, jiwa manusia merupakan percikan terkecil dari Tuhan sehingga manusia dapat hidup. Jika dilihat dari hal tersebut maka manusia bersumber dari Tuhan maka manusia hendaknya kembali kepada sumber penciptanya itu. Dengan diberikannya sinar hidup yang menyebabkan manusia itu hidup maka setiap manusia hendaknya wajib berterima kasih, berbhakti, dan selalu sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun rasa sujud tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk puja dan puji kebesannya yaitu dengan melakukan bhakti, dengan melakukan tapa brata, dan mempelajari, menghayati dan mengamalkan setiap ajaran-ajaran agama khususnya agama Hindu.

4.4. Makna Filosofis Ajaran Siwaistis Dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa
4.4.1 Hakekat Estetika dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa                
Hakekat merupakan kebenaran yang benar-benar ada sementara itu, estetika merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan.  Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan itu terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Berbicara masalah hakekat estetika yang ditinjau dari sudut pandang nilai intrinsik bahwa pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis teks Tutur Bagus Dyarsa kepada pembaca sehingga pembaca mampu untuk memahami pesan yang ingin disampaikannya. Dari kutipan diatas bahwa teks Tutur Bagus Dyarsa merupakan teks berpaham Siwaisme adapun ajaran–ajaran yang ingin disampikan kepada pembaca yaitu manusia harus mampu mengendalikan diri terutama mengendalikan pikiran, karena pikiranlah yang sifatnya liar yang akan berpengaruh terhadap indra-indra yang lainnya. Dalam teks Tutur Bagus Dyarsa juga banyak dijelaskan mengenai konsep kepemimpinan seorang raja yang bijaksana adalah seorang raja yang menguasai sastra sebagai tameng yang paling kuat untuk negaranya, mampu untuk mengayomi rakayat dan mendengarkan aspirasi rakyat.
4.4.2 Hakekat Kehidupan Sosio-politik dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa
Berbicara masalah politik tidak selalu membahas mengenai penyelenggaraan pemerintahan suatu negara, tetapi politik juga membahas mengenai hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam hal suatu kepentingan. Adapun kepentingan-kepentingan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu memperkenalkan ajaran Siwaistis di masyarakat. Dengan menyebarnya pengetahuan khusunya ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa sehingga masyarakat akan memiliki suatu pemahaman mengenai ajaran Siwaistis khusunya teks Tutur Bagus Dyarsa. Dengan memiliki pemahaman seseorang menjadi sadar terhadap diri bahwa semua yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua ajaran-ajaran dituangkan lewat wejangan-wejangan yang diberikan Bhatara Guru kepada Bagus Dyarsa. Semua ajaran-ajaran yang diberikan memiliki suatu kepentingan yang bersifat positif, yaitu menyadarkan seseorang agar selalu berpegang teguh terhadap ajaran agama. Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah membedakan umatnya, semuanya manusia dapat menyatu denganNya dan terbebas dari ikatan duniawi sehingga terlepas dari kelahiran berulang kedunia, semua itu tergantung pada diri dari masing-masing individu, seberapa besar seseorang tersebut menyadari jati dirinya sebagai manusia. seperti contohnya Bagus Dyarsa yang dikenal sebagai pejudi, tetapi dirinya mampu untuk mengamalkan dengan baik setiap ajaran yang diberikan oleh Bhatara Guru, hal tersebut sesungguhnya patut untuk dijadikan pedoman dalam menjalani hidup ini.
5.1  Simpulan
Berdasarkan analisis data yang ada dari uraian bab terdahulu maka dapat disimpulkan beberapa simpulan dalam pembahasan ini sebagai berikut:
1.      Eksistensi ajaran Siwaistis dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa dapat terlihat ketika Bhatara Guru turun kedunia dan menjelma sebagai pengemis untuk menguji Bagus Dyarsa dan memberikan pencerahan kepadanya, bahwa menjadi manusia di dunia supaya tidak dibutakan oleh kesenagan diniawi. Tujuan hidup umat Hindu adalah mencapai pembebasan yaitu menyatunya Atman dengan Brahman. Seperti halnya Bagus Dyarsa yang mampu mejalankan setiap ajaran yang diberikan oleh Bhatara Guru maka Bagus Dyarsa dapat mencapai suatu kelepasan tanpa lahir kembali kedunia.
2.      Konsep-konsep yang terdapat pada ajaran Siwaistis dalam teks Tutur Bagus Dyarsa yaitu meliputi konsep tattwa, etika dan upacara. Ketiga konsep tersebut sangat berkaitan konsep tattwa yang dimaksud adalah ajaran tentang kebenaran bahwa seseorang hendaknya meyakini adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini, konsep etika yang dimaksud adalah tingkah laku baik ataupun buruk yang akan berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya. Konsep upacara yang dimaksud adalah hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta.
3.      Adapun  makna yang terkandung dalam teks Tutur Bagus Dyarsa yaitu hakekat estetika dan hakekat kehidupan sosio-politik. Hakekat estetika jika dipandang dari nilai intrinsik suatu karya sastra bahwa pengawi ingin menyampaikan kepada pembaca, dengan mempelajari ajaran ketuhanan khususnya ajaran Siwaistis dalam Teks Tutur Bagus Dyarsa  maka akan terwujud suatu pemahaman di masyarakat mengenai teks Tutur Bagus Dyarsa dan apabila mampu untuk menjalankannya maka kebahagian semasa hidup dan setelah kehidupan akan tercapai.  Hakekat kehidupan sosio-politik yang dimaksud adalah seseorang yang masih menjalani kehidupan didunia agar berpedoman pada perjalanan hidup Bagus Dyarsa, Bagus Dyarsa adalah seorang pejudi yang mampu mencapai suatu kelepasan tanpa terlahir kedunia sebagai manusia.

5.2 Saran
1.      Teks Tutur Bagus Dyarsa ini perlu untuk dilestarikan, dipelajari, dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, mengingat makna-makna yang terkandung didalamnya sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam menjalani hidup.
2.      Kepada para peneliti agar menjadikan karya sastra sebagai objek penelitian, karena dalam karya sastra terdapat makna-makna yang perlu dikaji sehingga mampu untuk  diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
3.      Kepada pemeritah dan lembaga-lembaga Hindu diharapkan memberikan dukungan dan fasilitas sehingga generasi muda Hindu tertarik untuk mempelajari naskah-naskah kuno, sehingga warisan budaya tetap terjaga dan tidak punah.
4.      Kepada masyarakat agar mempelajari lebih dalam karya sastra klasik berupa lontar, karena karya sastra klasik berupa lontar merupakan ilmu pengetahuan yang bersumber dari kitab suci Veda.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih yang setulus-tulusnya diucapkan kepada:
1.      Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si, Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan pendidikan di IHDN Denpasar.
2.      Dr. Drs. I Wayan Mandra, M.Hum, Dekan Fakultas Brahma Widya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh studi di Fakultas Brahma Widya, Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
3.      Dra. Ni Wayan Sumertini, M.Ag, Ketua Jurusan Filsafat Timur beserta jajarannya yang bersedia memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
4.      Drs. I Wayan Redi, M.Ag, pembimbing I yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan arahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
5.      Drs. I Ketut Wardana, M.Hum, pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan petunjuk tentang masalah yang diteliti.
6.      Bapak ibu dan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam usaha pengumpulan data sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
7.      Dr. Dra. Relin D.E., M.Ag, penguji I yang memberikan penajaman, masukan dan saran terhadap penelitian ini.
8.      Dr. Pande Wayan Renawati, S.H.,M.Si penguji II yang telah memberikan penajaman, masukan dan saran terhadap penelitian ini
9.      Bapak/Ibu Dosen dan Staf pengajar di lingkungan IHDN Denpasar, atas kerja samanya yang baik dan pengabdian Beliau yang tulus demi kemajuan IHDN Denpasar.
DAFTAR PUSTAKA
Ariwidayani, Anak Agung, 2013. Skripsi “Kajian Filosofis Lontar Tattwa Kala”. Denpasar: Skripsi Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar.
Dwipayanti, Kadek Eka. 2012 Skripsi. “Tradisi Upacara Ngaben Mesabu Getian di Desa Pakraman Bulian, Kabupaten Buleleng (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)”. Denpasar: IHDN

Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Purwita, Ida Bagus Putu.1989. Dewa Yadnya. Proyek Penyuluhan Agama dan Penerbitan Buku Keagamaan Prop. Bali.
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suweta, I Made, 2012. (Artikel) “Kajian Ringkas Nilai Filsafat Hindu Dalam Lontar Tutur Siwagama”. Denpasar: IHDN
Titib. 2003. Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita
E-Journal
AJARAN SIWAISTIS DALAM TEKS TUTUR BAGUS DYARSA
(Kajian Filosofis)

                     
      
  
Oleh:
     KOMANG BUDIARSANA



                                             
FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT HINDU DHARMA  NEGERI
DENPASAR
2015




Tidak ada komentar:

Posting Komentar