Rāja Yoga (Jalan Meditasi)
Guru-guru
rāja yoga menyatakan bahwa agama tak
hanya didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lampau, namun tak seorang pun
dapat menjadi relijius hingga dia memiliki pengalaman yang sama terhadap
dirinya. Yoga adalah pengetahuan yang
mengajarkan pada kita bagaimana mendapatkan pengalaman-pengalaman ini. Tak
banyak artinya jika berbicara tentang agama tanpa merasakannya. Jika di sini
ada Tuhan maka kita harus melihat-Nya; jika ada roh disini maka kita harus
merasakannya; jika tidak, lebih baik tak mempercayainya.
Manusia
menginginkan kebenaran, ingin mengalami sendiri kebenaran itu. Jika ia telah
memahami, menyadari, merasakannya dalam hatinya hati, maka dengan sendirinya
semua keraguan akan sirna, semua kegelapan akan hilang dan semua yang bengkok
di buat lurus, begitulah kata kitab Veda.
Pengetahuan
Rāja Yoga berusaha menyajikan sebuah
metoda praktis dan ilmiah pada manusia untuk mencapai kebenaran ini.
Pertama-tama, setiap pengetahuan harus memiliki metoda investigasi sendiri-sendiri.
Jika ingin menjadi seorang peramal bintang dengan duduk dan meratap
“astronomi-astronomi” maka pengetahuan itu tak akan sampai pada subjek yang
ingin mengetahui. Sama halnya dengan ilmu kimia. Harus ada metoda tertentu yang
harus diikuti, yaitu harus pergi ke laboratorium, mengambil bahan-bahan yang
berbeda, mencampurnya, mengaturnya dan bereksperimen dengannya, maka akan
didapatkanlah sebuah pengetahuan tentang ilmu kimia. Jika ingin menjadi seorang
ahli perbintangan maka pergi ke observatorium (tempat mengamati perbintangan),
mengambil teleskop, mempelajari bintang-bintang dan planet-planet maka akan
menjadi seorang astronom. Setiap pengetahuan pasti memiliki metode-metode
tersendiri. Semua ini adalah ajaran kebenaran dari para bijak dari banyak
negara, dari semua zaman, dari orang-orang suci dan tanpa keegoisan, yang tak
memiliki dorongan selain untuk melakukan kebaikan bagi dunia. Mereka semua
menyatakan bahwa mereka telah menemukan kebenaran lebih tinggi dari yang dapat
diberikan oleh indra-indra kita, lalu mereka membuat verifikasi. Mereka meminta
kita melaksanakan metode itu dan berlatih dengan jujur, dan jika kita tak dapat
menemukan kebenaran yang lebih tinggi itu, maka kita berhak mengatakan bahwa
tak ada kebenaran dalam pernyataan itu. Namun sebelum kita melakukannya, kita
merasa tak rasional jika menyangkal pernyataan mereka. Jadi kita harus
melakukannya dengan penuh ketulusan, menggunakan petunjuk yang telah
ditentukan, maka sinar penerangan pun akan datang.
Dalam
mendapatkan pengetahuan kita menggunakan cara umum dan penyimpulan umum, ini
didasarkan pada observasi atau penelitian. Pertama kita meneliti fakta-fakta
yang ada, lalu membuat pernyataan umum, dan kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan atau prinsip-prinsip. Pengetahuan tentang pikiran,
tentang sifat alam internal manusia, tentang pemikiran, tak akan pernah dapat
dimiliki sebelum kita memiliki kekuatan untuk mengobservasi fakta-fakta yang
terjadi di dalamnya. Akan lebih mudah untuk meneliti fakta-fakta di dunia
eksternal, jika dibandingkan dengan penelitian tadi, karena banyak peralatan
yang telah ditemukan untuk tujuan itu, namun dalam dunia internal kita tak
memiliki peralatan apapun untuk membantu kita. Meskipun kita mengetahui bahwa
kita harus menelitinya untuk mendapatkan suatu pengetahuan sejati. Tanpa
analisa yang benar, pengetahuan apapun akan menjadi sia-sia hanya akan menjadi
teori belaka. Dan itulah sebabnya para psikolog selalu berselisih paham dengan
sesamanya dari awal, kecuali beberapa dari mereka yang telah menemukan alat
untuk penelitian tadi.
Pengetahuan
Rāja Yoga pertama-tama, berusaha
memberikan suatu alat seperti itu untuk meneliti keadaan internal kita. Alat
itu tiada lain adalah pikiran. Daya perhatian, kalau dituntun dan diarahkan
dengan benar menuju dunia internal, akan menganalisa pikiran dan akan
memperlihatkan fakta-fakta kepada kita. Kekuatan pikiran itu seperti bekas
cahaya yang dihamburkan . Ketika dikonsentrasikan maka pikiranpun akan
meneranginya. Ini adalah satu-satunya alat untuk mendapatkan pengetahuan.
Bagaimana
mungkin segala pengetahuan yang ada di dunia ini diperoleh tanpa adanya
konsentrasi dari kekuatan pikiran. Dunia ini menyerahkan semua rahasianya
kepada kita jika kita mengetahui bagaimana mengetuk, dan membuka pintunya.
Kekuatan untuk membukanya itulah konsentrasi. Tak ada batas dalam kekuatan
pikiran manusia. Semakin terkonsentrasi kekuatan itu, maka semakin besar
kekuatan yang ditimbulkannya pada satu titik. Inilah rahasianya.
Memang
mudah mengkonsentrasikan pikiran pada obyek-obyek luar. Karena pikiran telah
terbiasa melayang ke luar. Namun tidak demikian halnya dalam hal agama,
metafisika, dimana subyek dan obyek adalah satu. Obyeknya ada di dalam pikiran
itu sendiri. Kita perlu mempelajari pikiran itu sendiri (pikiran meneliti pikiran).
Seperti kita ketahui ada kekuatan pikiran yang disebut refleksi (pemantulan).
Demikianlah kita berbuat dan berpikir pada saat yang bersamaan. Sementara
sebagian pikiran bersiap-siap dan melihat apa yang kita pikirkan. Maka pikiran
itu harus dikonsentrasikan dan diarahkan balik pada pikiran itu sendiri. Dan
sebagaimana tempat yang paling gelap akan terang di depan berkas sinar
matahari, demikian juga pikiran yang terkonsentrasi ini akan memperlihatkan rahasianya
yang paling rahasia. Maka kita pun akan mencapai dasar dari kepercayaan,
keyakinan, akan agama yang benar, yang nyata. Kita akan melihat, merasakan diri
kita meskipun kita memiliki roh atau tidak, meskipun hidup itu hanya lima menit
atau selamanya, meskipun Tuhan itu ada atau pun tidak. Semua itu akan
diperlihatkan kepada kita.
Inilah
yang akan diajarkan oleh rāja yoga. Tujuan
akhir dari seluruh ajaran rāja yoga adalah
bagaimana mengkonsentrasikan pikiran, kemudian mencapai keadaan istirahat yang
terdalam (bawah sadar) dari pikiran itu sendiri, lalu menyatakan isinya secara
umum dan membuat kesimpulan dirinya. Pikiran itu tak pernah menanyakan apa
agama kita, apakah dia beragama atau ateis, Kristen, Yahudi, Buddha, yang
terpenting kita adalah manusia, itu sudah cukup. Setiap orang berhak untuk memilih
agamanya, setiap manusia berhak bertanya mengapa dan untuk menjawab sendiri
pertanyaannya jika saja ia mempermasalahkannya.
Maka
sejauh ini, dalam pelajaran rāja yoga tidak
dipentingkan keyakinan atau kepercayaan. Jangan percayai apapun sebelum membuktikannya
sendiri. Inilah yang diajarkan oleh rāja
yoga. Kebenaran tak perlu bukti untuk meyakinkannya. Pelajaran rāja yoga ini membutuhkan waktu yang
lama dan latihan yang konstan. Sebagian latihannya adalah latihan fisik, namun
yang utama adalah latihan mental
Kekuatan
Pikiran
Terdapat
fenomena yang disebut transmisi pikiran. Seseorang
disini memikirkan sesuatu dan pemikiran itu diwujudkan pada orang lain, pada
tempat yang berbeda. Dengan suatu persiapan bukan melalui perantara seseorang
mengirim sinyal pikiran pada orang lain pada jarak yang jauh dan pikiran orang
kedua ini mengetahui adanya sinyal tadi dan ia pun dapat menerima sinyal itu
utuh seperti apa yang disampaikan. Jarak tak menjadi masalah. Pikiran pergi dan
mencapai tujuannya, maka orang yang dikirimi sesaat itupun mengerti.
Ini
menunjukkan adanya kontinuitas pikiran, sebagaimana para yogi menyatakannya. Pikiran itu universal. Pikiranku, pikiranmu,
dan semua pikiran kecil ini adalah bagian kecil dari pikiran universal
sebagaimana ombak kecil di tengah samudra, dan atas dasar kontinuitas ini, kita
dapat menyampaikan pikiran-pikiran kita secara langsung antara satu dengan yang
lain. Pernyataan ini juga sejalan dengan bunyi sloka dalam Bhagavadgitā. IX. 34
yang berbunyi sebagai berikut:
Man-manā
bhava mad-bhakto
Mad-yāji
mām namaskuru
Mām
evaisyasi yuktvaivam
Ātmānam
mat-parāyaṇah
(Bhagavadgitā. IX. 34)
Terjemahan:
Lelapkanlah
pikiranmu kepada-Ku, jadilah penyembah-Ku, pujalah diri-Ku, bersujudlah
pada-Ku. Dengan menyerahkan diri sepeneuhnya kepada-Ku dan menjadikan Aku
sebagai tujuan akhir hidupmu, maka engkau pasti sampai kepada-Ku.
Dunia
adalah salah satu pengaruhnya. Sebagian dari energy kita, digunakan dalam
menjaga dan memelihara badan. Dan di luar itu setiap partikel energi kita
digunakan, siang dan malam, dalam mempengaruhi yang lain (orang lain). Badan
kita, kebajikan kita, kecerdasan, dan spiritualitas kita juga dipengaruhi oleh
mereka. Dan fenomena ini terus berlanjut di sekeliling kita. Misalkan saja
ambil contoh yang konkrit: seseorang datang, Anda mengetahui bahwa dia sangat
terpelajar. Bahasanya indah dan dia berbicara selama berjam-jam pada Anda,
namun tidak menimbulkan kesan apapun. Dan ketika datang orang lain, dan
berbicara beberapa patah kata, yang tak tersusun indah seperti orang tadi, tak
memakai tata bahasa barangkali, maka orang ini barangkali menimbulkan kesan
yang besar. Banyak diantara kita yang telah melihat fenomena seperti ini. Jadi
ini adalah bukti bahwa kalau kata-kata saja tidak selalu dapat menghasilkan
sebuah kesan. Kata-kata, bahkan pikiran, hanya menyumbangkan sepertiga pengaruh
terhadap pembentukan sebuah kesan, manusianya duapertiganya. Apa yang disebut
sebagai daya tarik individu dari manusia itulah yang berpengaruh dan membuat
kesan.
Dalam
keluarga kita, ada kepala keluarga. Beberapa diantaranya berhasil, dan yang
linnya tidak. Kita menyalahkan orang lain atas kegagalan kita. Saat dimana aku
gagal, aku berkata ini dan itu yang merupakan penyebab kegagalan. Dalam suatu
kegagalan, kita tak mau mengakui kesalahan dan kelemahan sendiri dan
menyalahkan orang lain atau suatu hal, atau bahkan menyalahkan nasib yang sial.
Jika seorang kepala keluarga gagal, dia harus menanyai dirinya sendiri mengapa
beberapa orang sukses membina keluarga dan dia tidak. Maka disini kita dapat
menemukan bahwa perbedaan keduanya adalah pada manusianya, kehadirannya, dan
kepribadiannya.
Cita-cita
dari seluruh pendidikan, segala latihan seharusnya membentuk manusia
berkepribadian seperti ini. Namun bukannya menjadi demikian, kita malah selalu
berusaha memperbaiki pribadi luarnya. Apa gunanya memperindah yang di luar jika
yang di dalam kosong. Tujuan dan akhir dari pendidikan, latihan adalah untuk
membuat manusia tumbuh, berkembang. Orang yang berpengaruh, yang menurunkan
kemampuannya pada pengikutnya adalah sebuah daya dinamis dan jika ia mau, ia
dapat saja melakukan apa saja yang ia suka. Pribadi yang demikian ditempatkan
dimanapun akan membuatnya bekerja.
Bandingkan
seorang guru kerohanian yang agung dengan seorang filsuf. Seorang filsuf jarang
mampu mempengaruhi pribadi seseorang, namun ia mampu membuat karya-karya yang
mengagumkan. Sebaliknya, seorang guru kerohanian mampu menggerakkan berbagai
negara dalam seluruh hidupnya. Perbedaannya disebabkan oleh kepribadiannya.
Pada diri filsuf tadi kepribadian yang terpengaruh lebih sedikit sedangkan
dalam diri seorang guru kerohanian yang agung itu kepribadian yang besarlah
yang menjelma. Pada orang yang pertama kita menyentuh kecerdasan, pada yang
kedua kita menyentuh kehidupan saja.
Pengetahuan
rāja yoga menyatakan bahwa telah
menemukan hukum untuk mengembangkan kepribadian dan jika memperhatikan hukum
dan metode-metode ini, setiap orang dapat menumbuhkan dan memperkuat
kepribadiannya. Ini adalah salah satu cara yang sangat praktis dan merupakan
rahasia dari seluruh pengetahuan. Cara ini dapat dilaksanakan secara universal.
Dalam kehidupan rumah tangga, dalam kehidupan si miskin, si kaya, pedagang
apalagi orang spiritual dan dalam seluruh kehidupan lainnya, ini adalah hal
yang luar biasa, proses memperkuat kepribadian.
Kita
terus menerus mengeluh bahwa kita tak memiliki pengendalian atas perbuatan,
atas pemikiran. Namun bagaimana kita dapat mengendalikannya, jika kita dapat
mengendalikan perbuatan kita, mengendalikan pikiran pada akarnya, sebelum
menjadi pikiran, sebelum menjadi perbuatan, maka akan mudah bagi kita untuk
mengendalikan keseluruhannya. Sekarang, jika ada metode yang memungkinkan kita
menganalisa, menginvestigasi, memahami dan akhirnya mengatasi dengan kekuatan
yang lebih baik, penyebab asalnya, maka dengan sendirinya mudah bagi kita
mengendalikan diri kita sendiri. Dan orang yang telah mampu mengendalikan
seluruh pikirannya maka pasti akan mampu mengendalikan setiap pikiran orang
lain. Itulah sebabnya kesucian dan moralitas selalu menjadi obyek agama. Orang
yang suci, bermoral pasti mampu mengendalikan dirinya. dan pikiran-pikiran lain
adalah sama, hanya bagian-bagian yang berbeda dari satu pikiran. Mereka yang
mengetahui segumpal tanah liat pasti mengetahui semua tanah liat di seluruh
alam. Mereka yang mengetahui dan mengendalikan pikirannya sendiri pasti
mengetahui rahasia setiap pikiran dan menguasai setiap pikiran.
Bagaimana
Menjadi Seorang Yogi
Seorang
yogi harus selalu berlatih. Dia harus
berusaha hidup sendiri. Pergaulan dengan golongan orang yang tak sepaham dapat
merusak pikiran. Dia tak boleh terlalu banyak berkata-kata, karena banyak
bicara merusak pikiran, tak boleh banyak bekerja, karena terlalu banyak bekerja
mengganggu pikiran. Pikiran tak akan dapat dikendalikan setelah seharian
bekerja. Seseorang yang selalu mengendalikan aturan di atas adalah seorang yogi. Seperti halnya kekuatan yoga, meskipun sedikit saja, akan
membawa sejumlah besar manfaat. Kekuatan itu tak akan menyakiti siapapun, namun
akan menguntungkan setiap orang. Yang pertama, kekuatan ini akan menurunkan
pengaruh-pengaruh syaraf, memberikan sifat-sifat tenang, memungkinkan kita
melihat sesuatu secara jelas. Temperamen dan kesehatan kita akan membaik.
Kesehatan yang prima menjadi tanda awal dan menimbulkan suara yang indah.
Ketidaksempurnaan suara akan dirubah. Ini mungkin menjadi yang pertama dari
segala efek yang akan timbul. Mereka yang berlatih dengan keras akan
mendapatkan banyak tanda lain. Kadang-kadang kedengaran seperti bunyi denting
bel dari jauh, yang bercampur aduk, dan terdengar di telinga sebagai suara yang
menerus. Kadangkala juga terlihat sesuatu seperti titik cahaya kecil yang
melayang lalu semakin membesar; dan kalau ada tanda seperti ini, artinya Anda
mengalami kemajuan yang pesat dalam latihan.
Mereka
yang ingin menjadi yogi, selain
berlatih dengan giat, pertama-tama juga harus memperhatikan dietnya. Namun
mereka yang menghendaki latihan kecil hanya untuk setiap hari, orang-orang
bisnis, jangan biarkan mereka makan terlalu banyak, kalau tidak mereka akan
makan apa saja yang mereka senangi. Bagi mereka yang ingin mendapatkan kemajuan
yang cepat dan berlatih dengan keras, maka sebuah disiplin diet mutlak
diperlukan.
Ketika
seseorang mulai berkonsentrasi, jatuhnya sebatang jarum akan terasa seperti
petir yang melintas dalam bayangan kita. Ketika organ-organ mulai membaik, maka
konsentrasipun ikut membaik. Ini adalah tahapan-tahapan yang akan kita lalui
dan bagi mereka yang tekun dan bersabar pasti akan berhasil. Tinggalkan semua
sifat berbantah dan semua yang mengganggu pikiran. Itu hanya membuat pikiran
goyah keseimbangannya, dan mengganggunya. Kita harus mencapai keadaan yang
nyata. Jadi tinggalkan semua perdebatan yang sia-sia.
Mereka
yang benar-benar ingin menjadi seorang yogi
harus meninggalkan selamanya segala hal yang sedikit-sedikit seperti itu.
Tentukan suatu gagasan, buatlah gagasan itu sebagai kehidupanmu. Pikirkanlah,
mimpikan, dan hiduplah dalam gagasan itu. Biarkan otak, otot syaraf dan setiap
bagian tubuhmu dipenuhi dengan gagasan itu dan jauhkan gagasan-gagasan lainnya.
Inilah jalan menuju keberhasilan dan inilah cara yang menghasilkan
raksasa-raksasa spiritual agung. Yang lain hanya mesin-mesin omong saja. Jika
kita benar-benar ingin diberkati dan membantu yang lain agar terberkati, maka
kita harus melangkah lebih dalam. Langkah pertama adalah jangan merusak
pikiran, jangan bergaul dengan orang-orang yang gagasannya dapat merusak. Kita
semua mengetahui bahwa orang-orang tertentu, tempat-tempat tertentu tidak cocok
untuk diri kita. Maka hindarilah semua itu. Dan bagi mereka yang ingin mengejar
yang tertinggi harus menghindari baik lingkungan yang buruk maupun lingkungan
yang baik. Berlatihlah dengan keras. Tak masalah walaupun gagal atau berhasil.
Anda harus terjun lebih dalam dan berbuat tanpa mengharapkan hasilnya. Jika
Anda benar-benar tekun, maka dalam 6 bulan Anda akan menjadi seorang yogi yang sempurna. Tetapi mereka yang
hanya mengambil sedikit yang ini dan sedikit lagi yang itu tak akan mendapatkan
kemajuan. Sebenarnya tak ada gunanya kita mengikuti pelatihan terhadap suatu
hal (pelajaran). Karena bagi mereka yang penuh dengan sifat tamas (kemalasan), bodoh mereka yang
pikirannya tak pernah dapat terkonsentrasikan pada gagasan apapun, yang hanya
mengejar kesenangan untuk dirinya semata, maka agama dan filsafat hanya
merupakan obyek kesenangannya. Orang-orang yang seperti ini adalah orang yang
kurang tekun. Misalkan, mereka mendengar suatu pembicaraan yang baginya menyenangkan,
maka dia pun senang kemudian berlalu pulang dengan melupakan semua pembicaraan
yang didengarnya tadi. Untuk dapat berhasil kita harus memiliki ketekunan
tinggi dan kemauan kuat.
Pelaksanaan
Yoga
Badan
harus dipelihara dengan selayaknya. Orang yang menyiksa tubuhnya merupakan
suatu kejahatan. Jagalah agar pikiran selalu penuh dengan kesenangan. Jika
pikiran sedih datang maka buanglah jauh-jauh. Seorang yogi tak boleh terlalu banyak makan, tetapi juga tak terlalu banyak
puasa, tak boleh terlalu banyak tidur, namun tak boleh juga kurang tidur. Dalam
segala hal hanya orang yang mempertahankan cara keemasan sajalah yang dapat
menjadi seorang yogi.
Kapankah
waktu terbaik untuk berlatih yoga ?
yaitu pertemuan waktu saat fajar dan senja yaitu ketika seluruh alam tenang.
Pakailah sikap duduk yang paling nyaman. Jaga agar tiga bagian badan tetap
tegak, yaitu punggung, pundak, dan kepala, biarkan tulang punggung bebas dan
lurus. Jangan bengkok kedepan atau kebelakang. Kemudian secara mental bayangkan
badan kita, bagian demi bagian menjadi sempurna. Kemudian kirimkan cinta kasih
pada seluruh isi dunia. Kemudian berdoalah untuk mencapai pencerahan.
Bagian
yang biasa kita gunakan dalam mimpi dan berpikir yang disebut imajinasi juga
merupakan alat untuk mencapai kebenaran itu. Jika imajinasi kita kuat, maka
obyek akan tervisualisasikan. Tentukanlah suatu gagasan, abdikan dirimu
padanya, berjuanglah dengan sabar maka mentari akan bersinar untukmu.
Semakin
murni pikiran maka semakin mudah untuk mengendalikannya. Jangan pedulikan
kekuatan-kekuatan batin yang mungkin Anda peroleh. Biarkan kekuatan itu
berlalu. Orang yang mengejar kekuatan pikiran tak akan tahan oleh godaannya.
Hampir semua orang yang mengejar kekuatan kehendak itu, terperangkap olehnya.
Setiap
gelombang nafsu yang dapat ditahan berarti suatu keseimbangan dalam kebaikan
hati Anda. Oleh karena itu adalah bijaksana, kalau kita tak membalas kemarahan
dengan kemarahan, sebagaimana dengan semua moralitas sejati.
Jangan
sekali-sekali membicarakan keburukan orang lain, betapa pun buruknya mereka.
Tak ada yang pernah dapat diperoleh dari hal seperti itu. Anda tak akan pernah
menolong orang lain dengan membicarakan kesalahan mereka. Dengan menyakitinya
berarti Anda juga menyakiti diri Anda sendiri. Anda tak boleh menghakimi
seseorang karena kesalahannya. Ingat, yang jahat selalu sama dimana saja di
dunia ini. Pencuri dan pembunuh sama saja baik di Asia, Eropa, maupun Amerika.
Mereka membentuk suatu bangsa dengan sendirinya. Hanya pada orang-orang baik,
suci, dan kuat kita temukan keragaman. Oleh karena itu jangan melihat
keburukan pada diri orang lain.
Kejahatan adalah suatu kebodohan, atau kelemahan. Apa baiknya Anda mengatakan
yang lain lemah, penghinaan dan penghancuran tak ada manfaatnya. Kita harus
memberikan mereka sesuatu yang lebih tinggi. Beritahu mereka akan sifat sejati
dan hak-hak mereka. Jangan pernah bertengkar tentang agama. Semua perselisihan
dan perdebatan tentang agama menunjukkan tak adanya spiritualitas. Perselisihan
agama hanya bagi mereka yang banyak bicaranya. Karena kesucian dan
spiritualitas pergi meninggalkan jiwa yang kering, maka pertentangan pun
terjadi.
Pengendalian
Diri
Kita harus menyatakan
ketuhanan kita ditengah-tengah segala kesulitan ini. Alam menginginkan kita
untuk bereaksi, membalas pukulan dengan pukulan, pencurian dengan pencurian,
kebohongan dengan kebohongan, agar kita membalas sedapat mungkin. Dipergunakan
kekuatan yang super Tuhan untuk tak membalas perbuatan orang lain terhadap
kita, untuk mengendalikan diri dan tidak terikat.
Memang
sangat sulit, namun kita dapat mengatasinya dengan latihan yang konstan. Kita
harus memahami bahwa tidak ada sesuatu yang dapat terjadi tanpa kita membuat
diri kita sendiri siap untuk menerimanya. Kita hanya akan mendapatkan apa yang
menjadi hak kita. Maka mari kita lupakan kesombongan kita dengan memahami hal
ini, bahwa kita tidak pernah mengalami penderitaan. Kita tidak akan peranh
tidak mengalami cobaan. Tak ada kejahatan yang kita lakukan tanpa kita buat
diri kita siap untuk melakukannya. Kita harus menyadari hal ini. Cobalah
analisa diri anda maka anda akan mendapatkan bahwa cobaan yang datang pada diri
anda adalah karena anda telah mempersiapkan diri anda untuk semua itu. Anda
yang mempersiapkan setengahnya sementara alam melengkapi setengahnya.
Demikianlah asal mula datangnya cobaan itu. Itu akan menghilangkan kemabukan
kita. Pada saat yang sama, dari analisa yang dalam itu akan datang sebaris
harapan, dan sebaris harapan itu adalah “Aku tak kuasa mengendalikan dunia
eksternal, namun aku dapat mengendalikan dunia internalku yang di dalam, yang
terdekat denganku, duniaku sendiri. Jika kedua dunia ini dibutuhkan untuk
membuat sebuah kegagalan padaku, jika kedua dunia ini diperlukan untuk membuat
cobaan padaku maka dunia yang ada dalam kendaliku tak akan aku berikan lalu
bagaimana mungkin cobaan itu dapat terwujud, jika aku telah mendapatkan kendali
yang nyata terhadap diriku maka cobaan itu tak akan pernah datang.
Setiap
waktu dari masa kanak-kanak kita selalu berusaha mencari kambing hitam pada
seorang atau sesuatu di luar kita. Kita selalu berbuat untuk kebaikan orang
lain dan bukan untuk diri kita. Jika kita menderita, kita berkata “Dunia ini
penuh kejahatan”. Kita mengutuk orang lain dan berkata, “Betapa bodohnya!”
tetapi kalau dunia ini memang demikian, mengapa ada disini, jika kita
menganggap diri baik, mengapa yang lain ada disini juga. “Aduh orang-orang
duniawi ini sangat egois!” ya, benar. Tetapi mengapa kita ada diantara mereka kalau
kita memang baik. Pikirkanlah hal ini!
Kita
hanya akan mendapatkan apa yang menjadi hak kita. Suatu kebohongan jika kita
mengatakan bahwa dunia ini buruk, sementara kita baik. Itu tak akan pernah
dapat demikian. Ini adalah sebuah kebohongan besar yang kita katakana pada diri
kita.
Pelajaran
pertama yang harus dipelajari ialah putuskan untuk tidak menyalahkan orang lain
atau sesuatu di luar kita, jangan mencari kambing hitam, tetapi jadilah orang
dewasa, bangkitlah, jadikan diri Anda sendiri sebagai kambing hitamnya. Maka
anda akan mendapatkan bahwa semua yang ada selalu benar. Kendalikan dirimu
sendiri.
Bagaimana
Mengendalikan Emosi
Citta vrti, gelombang
pikiran yang kasar dapat kita rasakan. Gelombang pikiran ini dengan mudah dapat
dikendalikan . Tetapi bagaimana dengan naluri yang lebih lembut itu , bagaimana
naluri ini dapat dikendalikan, ketika sedang marah, seluruh pikiran kita
menjadi satu gelombang kemarahan besar. Kita dapat melihat, merasakan,
menangani dan dapat memanipulasinya serta berjuang untuk dapat mengatasinya,
tetapi itu tidak akan berhasil sebelum kita dapat mencari penyebabnya. Misalkan
seseorang berkata kasar kepadaku maka aku pun mulai “panas”. Dia terus menghina
sehingga akhirnya aku benar-benar marah dan lupa diri dan mempersamakan diri
dengan kemarahan. Ketika pertama kali dia menghina, aku berpikir “aku akan
marah”. Dimana kemarahan merupakan satu hal dan aku adalah hal lain yang
terpisah. Namun ketika kita sudah marah maka ‘aku’ adalah kemarahan. Semua ini
harus dikendalikan dari akalnya, dari bentuk yang paling halus, bahkan sebelum
kita sadar bahwa semua itu sedang bekerja pada diri kita.
Pada
kebanyakan orang keadaan pikiran yang seperti ini bahkan tak dikenalinya,
keadaan bawah sadar darimana semua itu muncul. Seperti gelombang yang muncul
dari dasar danau, kita tak dapat melihatnya bahkan juga tak terlihat meskipun
gelombang itu sudah mendekati permukaan. Hanya pada saat gelombang itu sudah
muncul dipermukaan dan membentuk riak gelombang, barulah dapat dikenali. Kita
hanya akan berhasil menahan arus gelombang itu, kalau kita sudah dapat
menemukan sumbernya, dan sampai kita dapat mengendalikan dan menaklukkannya,
sebelum ia menjadi suatu tindakan, maka tak ada harapan untuk menaklukkan nafsu
apapun sepenuhnya. Untuk mengendalikan nafsu, kita harus mengendalikan dari
akarnya maka dengan sendirinya kita akan dapat menaklukkan wujud kasar dari
nafsu itu. Seperti benih yang telah digoreng, kemudian ditabur di tanah, tak
akan dapat tumbuh, maka demikianlah nafsu-nafsu ini tak akan muncul lagi.
Meditasi
adalah salah satu alat paling ampuh untuk mengendalikan munculnya
gelombang-gelombang nafsu itu. Dengan meditasi anda dapat membuat pikiran mampu
menaklukkan gelombang-gelombang itu. Dan jika anda terus berlatih meditasi
selama berhari-hari, bebulan-bulan, bertahun-tahun, sampai meditasi menjadi
suatu kebiasaan, sampai meditasi itu tertanam dalam diri anda, maka kemarahan
dan kebencian akan terkendalikan dan terdeteksi.
Konsentrasi
Konsentrasi
adalah intisari dari segala pengetahuan. Tak ada yang dapat dilakukan tanpa
konsentrasi. 90% kekuatan pikiran ini dibuang-buang oleh orang kebanyakan,
sehingga mereka sering melakukan kesalahan-kesalahan besar. Orang yang
pikirannya terlatih tak akan membuat suatu kesalahan. Jika pikiran dikonsentrasikan
dan dibalik pada pikiran itu sendiri, maka semua yang ada di sekeliling kita
akan menjadi pelayan, bukan majikan kita. Orang-orang Yunani menerapkan
konsentrasi mereka pada hal-hal eksternal, sehingga hasilnya, mereka sempurna
dalam seni, kesusastraan, dan lain-lain. Sedangkan orang-orang Hindu
mengkonsentrasikan pikirannya pada dunia internal, pada kesadaran yang tak
tampak dalam diri sejati, sehingga mereka pun menemukan pengetahuan yoga. Yoga adalah pengetahuan untuk
mengendalikan indra, niat dan pikiran. Keuntungan dari pelajaran yoga ini adalah kita belajar
mengendalikan dan bukannya dikendalikan. Pikiran itu tampaknya berlapis-lapis.
Sehingga tujuan kita yang sebenarnya adalah untuk melewati segala sesuatu yang
berselang seling dari keberadaan kita dan menemukan Tuhan. Tujuan dan maksud
dari ajaran yoga ini adalah untuk
merealisasikan Tuhan. Dan untuk melakukan semua ini kita harus mengatasi
pengetahuan relatif, dan melampaui dunia indra-indra. Dunia ini terjaga pada
indra-indra, sedangkan anak-anak Tuhan tertidur pada bidang itu. Dunia ini
tertidur pada Yang Abadi. Anak-anak Tuhan terjaga pada wilayah tersebut.
Semuanya ini adalah anak-anak Tuhan. Hanya ada satu jalan untuk mengendalikan
indra-indra untuk melihat-Nya, sebagai realitas utama di alam semesta raya ini.
Maka hanya dengan itulah kita dapat menaklukkan pikiran kita itu.
Konsentrasi
adalah penahanan pikiran sampai pada atas yang terkecil. Ada delapan proses
untuk menahan pikiran, yang pertama adalah ‘yama’
yaitu pengendalian pikiran dengan menghindari obyek-obyek luar, termasuk
semua jenis moralitas. Tidak melakukan kejahatan. Tidak menyakiti semua ciptaan
Tuhan. Jika anda sanggup untuk tidak menyakiti makhluk hidup selama 12 tahun,
maka singa dan macan pun akan tunduk pada anda. Laksanakanlah kebenaran.
Melaksanakan kebenaran dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan secara mutlak
selama 12 tahun akan memberinya segala yang diinginkannya, sucikanlah pikiran,
perkataan, dan perbuatan. Kesucian adalah dasar dari setiap agama. Kesucian
individu itu adalah mutlak. Selanjutnya ‘nyama’
yaitu tak membiarkan pikiran mengembara ke banyak arah. Kemudian ‘asana’ yaitu sikap badan. Ada 84 sikap
badan dalam yoga. Namun yang terbaik
adalah yang paling sesuai bagi orangnya sendiri yaitu sikap yang dapat
dilakukan lebih lama dan mudah baginya. Setelah itu ‘pranayama’ yaitu pengaturan nafas. Kemudian ‘pratyahara’ yaitu menarik fungsi organ dari obyeknya. Lalu ‘dharana’ yaitu konsentrasi. Kemudian ‘dhyana’ yaitu perenungan atau meditasi
(ini adalah inti dari ajaran yoga ).
Dan yang terakhir ‘samadhi’ yaitu
keadaan bawah sadar.
Semakin
suci badan dan pikiran maka semakin cepat tujuan tercapai. Anda harus
benar-benar sempurna. Jangan pernah berpikiran jahat. Pikiran semacam ini hanya
akan menjatuhkan anda. Jika anda benar-benar suci dan berlatih dengan penuh
keyakinan, maka pikiran anda akan dapat dibuat menjadi sebuah cahaya dari
kekuatan tak terbatas. Jangkauannya tak terbatas. Tetapi harus ada latihan yang
konstan dan ketidak terikatan pada dunia. Ketika seseorang mencapai Samadhi maka semua perasaan terhadap
badan akan lebur. Maka dengan sendirinya ia akan bebas dan abadi. Pada
penampakan luarnya keadaan bawah sadar dan Samadhi
ini tampaknya sama, namun sebenarnya keduanya berbeda sebagaimana halnya
sebongkah lumpur dan sebongkah emas. Orang yang seluruh jiwanya diabdikan pada
Tuhan pasti akan mencapai keadaan Samadhi
ini.
Meditasi
Pertama-tama,
meditasi harus menjadi sifat negatif. Jangan pikiran apapun juga. Analisa
segala sesuatunya yang muncul dalam pikiran dengan kegiatan kehendak yang
lembut saja.
Kemudian,
nyatakan siapa diri kita yang sebenarnya yaitu keberadaan, pengetahuan dan
kebahagiaan yang ada, yang mengetahui dan yang mencintai.
Meditasi
adalah cara mempersatukan subyek dan obyeknya. Bermeditasilah:
Di
atas, penuh dengan aku; di bawah, penuh dengan aku; di tengah, penuh dengan
aku; aku ada pada setiap mkhluk dan semua makhluk ada pada diriku. Om tat sat, Aku adalah itu. Aku adalah
keberadaan, mengatasi pikiran. Aku adalah satu roh alam semesta. Aku bukanlah
kesenangan ataupun kesedihan. Dalam Bhagavadgitā. IX. 9 juga disebutkan sebagai
berikut:
Samo
‘ham sarva bhutesu
Na
me dvesyo ‘sti na priyah
Ye
bhajanti tu mam bhaktya
Mayi
te tesu capy aham
(Bhagavad Gita.
IX.9)
Terjemahan: Aku bersikap
sama pada semua makhluk, tidak ada yang Aku benci dan tidak ada yang Aku
kasihi. Akan tetapi mereka yang memuja-Ku dengan penuh rasa bhakti, maka dia
akan selalu bersama-Ku dan Aku ada pada dirinya.
Badan
ini makan, minum dan seterusnya. Aku bukanlah badan. Juga bukan pikiran. Aku
adalah Dia. Aku adalah saksi. Aku yang melihat. Ketika kesehatan datang akulah
saksinya, ketika penyakit datang, Akulah saksinya. Aku adalah keberadaan,
pengetahuan, kebahagiaan. Aku adalah intisari dan nectar dari pengetahuan.
Dalam keabadian, Aku tak pernah berubah, Aku tenang, semarak dan tanpa
perubahan.
Keseimbangan
Pikiran Adalah Yoga
Adalah
seorang rsi agung di India yang
dipanggil Vyāsa. Vyāsa ini terkenal
sebagai penyusun kitab Vedānta sutra dan
merupakan orang suci. Ayahnya telah berusaha untuk menjadi seorang yogi sempurna namun gagal. Demikian pula
kakeknya juga gagal. Sama juga dengan moyangnya yang juga telah berusaha namun
gagal. Dia sendiri juga belum berhasil secara sempurna, namun anaknya, ‘Suka’ terlahir sempurna. Rsi Vyāsa mengajarkan anaknya
kebijaksanaan dan setelah mengajarkan semua pengetahuan tentang kebenaran
dirinya, beliau lalu mengirimkannya kepada rāja
Janaka. Rāja Janaka ini adalah raja besar dan dijuluki ‘Janaka Videha’, Videha artinya ‘tanpa
badan’. Meskipun ia seorang raja, tetapi dia telah melupakan sama sekali
bahwa dirinya memiliki badan. Setiap saat ia selalu merasa bahwa dirinya adalah
roh. Maka anak ini, dikirim untuk diajar olehnya. Sang raja pun sudah
mengetahui akan kedatangan putra sang pertapa Vyāsa ini, maka ia pun menyusun beberapa rencana yang dipersiapkan
untuknya. Ketika ‘Suka’ tiba di
gerbang istana, para penjaga sama sekali tidak memperhatikan atau memberikan
sambutan. Mereka hanya menyuruhnya duduk dan dia pun duduk di sana selama tiga
hari, siang dan malam, tak seorang pun berckap-cakap dengannya, tak seorang pun
menanyakan siapa dirinya dan dari mana asalnya. Dia adalah anak seorang pertapa
tersohor, yang dihormati oleh seluruh kerajaan dan dia sendiri adalah orang
terhormat, akan tetapi orang rendahan semacam penjaga gerbang istana pun tak
memberi penghormatan padanya.
Setelah
itu, tiba-tiba semua mentri dan pejabat-pejabat tinggi datang, dan memberikan
penghormatan padanya. Mereka memperlakukannya dengan baik dan memberikan kamar
yang luas, pakaian yang sangat indah dan selama 8 hari mereka melayaninya
dengan penuh kemewahan. Ketenangan yang agung dari wajah ‘Suka’ tak berubah sedikit pun, oleh perubahan perlakuan terhadap
dirinya, dia tetap bersikap sama pada waktu dilayani dengan kemewahan ataupun
pada waktu menunggu di gerbang istana.
Kemudian
dia dibawa kehadapan raja. Sang raja sedang duduk di singasananya, musik pun
dimainkan, tarian, dan segala hiburan lain dipertunjukkan. Lalu sang raja
memberinya secangkir susu, yang penuh sampai ke tepi cangkir dan menyuruhnya
untuk membawa cangkir itu berkeliling ruangan tujuh kali tanpa boleh
menjatuhkannya setetes pun. Kemudian dia pun mengambil cangkir itu lalu
membawanya di tengah aluanan musik dan wajah-wajah cantik penari-penarinya.
Sebagaimana yang dikehendaki oleh sang raja maka ia pun berkeliling ruangan
sebanyak tujuh kali dan tak setetes pun susu itu tumpah. Pikiran anak itu
sedikit pun tak tergoda oleh apapun di dunia ini, terkecuali dia sendiri yang
menginginkan hal itu mempengaruhinya. Dan ketika ia akan mengembalikan cangkir
itu pada sang raja, beliau lalu berkata, “Apa yang telah kau pelajari dari
ayahmu dan apa yang telah kau pelajari sendiri, aku hanya dapat menirunya. Kau
telah mengetahui kebenaran itu, sekarang pulanglah”.
Demikianlah
orang yang telah berlatih mengendalikan dirinya, tak akan dapat dipermainkan
oleh apapun di luarnya. Tak lagi ada perbudakan pada dirinya. Pikirannya telah
bebas.
Sumber
Referensi
Vivekānanda,
Svāmī. 2007. Vedānta: Puncak Kebenaran
Veda Masa Kini. Terj. Gede Kamajaya & Oka Sanjaya. Ed. I Wayan
Maswinara. Surabaya: Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar