Pages

Sabtu, 26 September 2015

Raja Yoga



Rāja Yoga (Jalan Meditasi)
Guru-guru rāja yoga menyatakan bahwa agama tak hanya didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lampau, namun tak seorang pun dapat menjadi relijius hingga dia memiliki pengalaman yang sama terhadap dirinya. Yoga adalah pengetahuan yang mengajarkan pada kita bagaimana mendapatkan pengalaman-pengalaman ini. Tak banyak artinya jika berbicara tentang agama tanpa merasakannya. Jika di sini ada Tuhan maka kita harus melihat-Nya; jika ada roh disini maka kita harus merasakannya; jika tidak, lebih baik tak mempercayainya.
Manusia menginginkan kebenaran, ingin mengalami sendiri kebenaran itu. Jika ia telah memahami, menyadari, merasakannya dalam hatinya hati, maka dengan sendirinya semua keraguan akan sirna, semua kegelapan akan hilang dan semua yang bengkok di buat lurus, begitulah kata kitab Veda.
Pengetahuan Rāja Yoga berusaha menyajikan sebuah metoda praktis dan ilmiah pada manusia untuk mencapai kebenaran ini.
Pertama-tama, setiap pengetahuan harus memiliki metoda investigasi sendiri-sendiri. Jika ingin menjadi seorang peramal bintang dengan duduk dan meratap “astronomi-astronomi” maka pengetahuan itu tak akan sampai pada subjek yang ingin mengetahui. Sama halnya dengan ilmu kimia. Harus ada metoda tertentu yang harus diikuti, yaitu harus pergi ke laboratorium, mengambil bahan-bahan yang berbeda, mencampurnya, mengaturnya dan bereksperimen dengannya, maka akan didapatkanlah sebuah pengetahuan tentang ilmu kimia. Jika ingin menjadi seorang ahli perbintangan maka pergi ke observatorium (tempat mengamati perbintangan), mengambil teleskop, mempelajari bintang-bintang dan planet-planet maka akan menjadi seorang astronom. Setiap pengetahuan pasti memiliki metode-metode tersendiri. Semua ini adalah ajaran kebenaran dari para bijak dari banyak negara, dari semua zaman, dari orang-orang suci dan tanpa keegoisan, yang tak memiliki dorongan selain untuk melakukan kebaikan bagi dunia. Mereka semua menyatakan bahwa mereka telah menemukan kebenaran lebih tinggi dari yang dapat diberikan oleh indra-indra kita, lalu mereka membuat verifikasi. Mereka meminta kita melaksanakan metode itu dan berlatih dengan jujur, dan jika kita tak dapat menemukan kebenaran yang lebih tinggi itu, maka kita berhak mengatakan bahwa tak ada kebenaran dalam pernyataan itu. Namun sebelum kita melakukannya, kita merasa tak rasional jika menyangkal pernyataan mereka. Jadi kita harus melakukannya dengan penuh ketulusan, menggunakan petunjuk yang telah ditentukan, maka sinar penerangan pun akan datang.
Dalam mendapatkan pengetahuan kita menggunakan cara umum dan penyimpulan umum, ini didasarkan pada observasi atau penelitian. Pertama kita meneliti fakta-fakta yang ada, lalu membuat pernyataan umum, dan kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan atau prinsip-prinsip. Pengetahuan tentang pikiran, tentang sifat alam internal manusia, tentang pemikiran, tak akan pernah dapat dimiliki sebelum kita memiliki kekuatan untuk mengobservasi fakta-fakta yang terjadi di dalamnya. Akan lebih mudah untuk meneliti fakta-fakta di dunia eksternal, jika dibandingkan dengan penelitian tadi, karena banyak peralatan yang telah ditemukan untuk tujuan itu, namun dalam dunia internal kita tak memiliki peralatan apapun untuk membantu kita. Meskipun kita mengetahui bahwa kita harus menelitinya untuk mendapatkan suatu pengetahuan sejati. Tanpa analisa yang benar, pengetahuan apapun akan menjadi sia-sia hanya akan menjadi teori belaka. Dan itulah sebabnya para psikolog selalu berselisih paham dengan sesamanya dari awal, kecuali beberapa dari mereka yang telah menemukan alat untuk penelitian tadi.
Pengetahuan Rāja Yoga pertama-tama, berusaha memberikan suatu alat seperti itu untuk meneliti keadaan internal kita. Alat itu tiada lain adalah pikiran. Daya perhatian, kalau dituntun dan diarahkan dengan benar menuju dunia internal, akan menganalisa pikiran dan akan memperlihatkan fakta-fakta kepada kita. Kekuatan pikiran itu seperti bekas cahaya yang dihamburkan . Ketika dikonsentrasikan maka pikiranpun akan meneranginya. Ini adalah satu-satunya alat untuk mendapatkan pengetahuan.
Bagaimana mungkin segala pengetahuan yang ada di dunia ini diperoleh tanpa adanya konsentrasi dari kekuatan pikiran. Dunia ini menyerahkan semua rahasianya kepada kita jika kita mengetahui bagaimana mengetuk, dan membuka pintunya. Kekuatan untuk membukanya itulah konsentrasi. Tak ada batas dalam kekuatan pikiran manusia. Semakin terkonsentrasi kekuatan itu, maka semakin besar kekuatan yang ditimbulkannya pada satu titik. Inilah rahasianya.
Memang mudah mengkonsentrasikan pikiran pada obyek-obyek luar. Karena pikiran telah terbiasa melayang ke luar. Namun tidak demikian halnya dalam hal agama, metafisika, dimana subyek dan obyek adalah satu. Obyeknya ada di dalam pikiran itu sendiri. Kita perlu mempelajari pikiran itu sendiri (pikiran meneliti pikiran). Seperti kita ketahui ada kekuatan pikiran yang disebut refleksi (pemantulan). Demikianlah kita berbuat dan berpikir pada saat yang bersamaan. Sementara sebagian pikiran bersiap-siap dan melihat apa yang kita pikirkan. Maka pikiran itu harus dikonsentrasikan dan diarahkan balik pada pikiran itu sendiri. Dan sebagaimana tempat yang paling gelap akan terang di depan berkas sinar matahari, demikian juga pikiran yang terkonsentrasi ini akan memperlihatkan rahasianya yang paling rahasia. Maka kita pun akan mencapai dasar dari kepercayaan, keyakinan, akan agama yang benar, yang nyata. Kita akan melihat, merasakan diri kita meskipun kita memiliki roh atau tidak, meskipun hidup itu hanya lima menit atau selamanya, meskipun Tuhan itu ada atau pun tidak. Semua itu akan diperlihatkan kepada kita.
Inilah yang akan diajarkan oleh rāja yoga. Tujuan akhir dari seluruh ajaran rāja yoga adalah bagaimana mengkonsentrasikan pikiran, kemudian mencapai keadaan istirahat yang terdalam (bawah sadar) dari pikiran itu sendiri, lalu menyatakan isinya secara umum dan membuat kesimpulan dirinya. Pikiran itu tak pernah menanyakan apa agama kita, apakah dia beragama atau ateis, Kristen, Yahudi, Buddha, yang terpenting kita adalah manusia, itu sudah cukup. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya, setiap manusia berhak bertanya mengapa dan untuk menjawab sendiri pertanyaannya jika saja ia mempermasalahkannya.
Maka sejauh ini, dalam pelajaran rāja yoga tidak dipentingkan keyakinan atau kepercayaan. Jangan percayai apapun sebelum membuktikannya sendiri. Inilah yang diajarkan oleh rāja yoga. Kebenaran tak perlu bukti untuk meyakinkannya. Pelajaran rāja yoga ini membutuhkan waktu yang lama dan latihan yang konstan. Sebagian latihannya adalah latihan fisik, namun yang utama adalah latihan mental
Kekuatan Pikiran
Terdapat fenomena yang disebut transmisi pikiran. Seseorang disini memikirkan sesuatu dan pemikiran itu diwujudkan pada orang lain, pada tempat yang berbeda. Dengan suatu persiapan bukan melalui perantara seseorang mengirim sinyal pikiran pada orang lain pada jarak yang jauh dan pikiran orang kedua ini mengetahui adanya sinyal tadi dan ia pun dapat menerima sinyal itu utuh seperti apa yang disampaikan. Jarak tak menjadi masalah. Pikiran pergi dan mencapai tujuannya, maka orang yang dikirimi sesaat itupun mengerti.
Ini menunjukkan adanya kontinuitas pikiran, sebagaimana para yogi menyatakannya. Pikiran itu universal. Pikiranku, pikiranmu, dan semua pikiran kecil ini adalah bagian kecil dari pikiran universal sebagaimana ombak kecil di tengah samudra, dan atas dasar kontinuitas ini, kita dapat menyampaikan pikiran-pikiran kita secara langsung antara satu dengan yang lain. Pernyataan ini juga sejalan dengan bunyi sloka dalam Bhagavadgitā. IX. 34 yang berbunyi sebagai berikut:
Man-manā bhava mad-bhakto
Mad-yāji mām namaskuru
Mām evaisyasi yuktvaivam
Ātmānam mat-parāyaṇah
                        (Bhagavadgitā. IX. 34)
Terjemahan:
Lelapkanlah pikiranmu kepada-Ku, jadilah penyembah-Ku, pujalah diri-Ku, bersujudlah pada-Ku. Dengan menyerahkan diri sepeneuhnya kepada-Ku dan menjadikan Aku sebagai tujuan akhir hidupmu, maka engkau pasti sampai kepada-Ku.

Dunia adalah salah satu pengaruhnya. Sebagian dari energy kita, digunakan dalam menjaga dan memelihara badan. Dan di luar itu setiap partikel energi kita digunakan, siang dan malam, dalam mempengaruhi yang lain (orang lain). Badan kita, kebajikan kita, kecerdasan, dan spiritualitas kita juga dipengaruhi oleh mereka. Dan fenomena ini terus berlanjut di sekeliling kita. Misalkan saja ambil contoh yang konkrit: seseorang datang, Anda mengetahui bahwa dia sangat terpelajar. Bahasanya indah dan dia berbicara selama berjam-jam pada Anda, namun tidak menimbulkan kesan apapun. Dan ketika datang orang lain, dan berbicara beberapa patah kata, yang tak tersusun indah seperti orang tadi, tak memakai tata bahasa barangkali, maka orang ini barangkali menimbulkan kesan yang besar. Banyak diantara kita yang telah melihat fenomena seperti ini. Jadi ini adalah bukti bahwa kalau kata-kata saja tidak selalu dapat menghasilkan sebuah kesan. Kata-kata, bahkan pikiran, hanya menyumbangkan sepertiga pengaruh terhadap pembentukan sebuah kesan, manusianya duapertiganya. Apa yang disebut sebagai daya tarik individu dari manusia itulah yang berpengaruh dan membuat kesan.
Dalam keluarga kita, ada kepala keluarga. Beberapa diantaranya berhasil, dan yang linnya tidak. Kita menyalahkan orang lain atas kegagalan kita. Saat dimana aku gagal, aku berkata ini dan itu yang merupakan penyebab kegagalan. Dalam suatu kegagalan, kita tak mau mengakui kesalahan dan kelemahan sendiri dan menyalahkan orang lain atau suatu hal, atau bahkan menyalahkan nasib yang sial. Jika seorang kepala keluarga gagal, dia harus menanyai dirinya sendiri mengapa beberapa orang sukses membina keluarga dan dia tidak. Maka disini kita dapat menemukan bahwa perbedaan keduanya adalah pada manusianya, kehadirannya, dan kepribadiannya.
Cita-cita dari seluruh pendidikan, segala latihan seharusnya membentuk manusia berkepribadian seperti ini. Namun bukannya menjadi demikian, kita malah selalu berusaha memperbaiki pribadi luarnya. Apa gunanya memperindah yang di luar jika yang di dalam kosong. Tujuan dan akhir dari pendidikan, latihan adalah untuk membuat manusia tumbuh, berkembang. Orang yang berpengaruh, yang menurunkan kemampuannya pada pengikutnya adalah sebuah daya dinamis dan jika ia mau, ia dapat saja melakukan apa saja yang ia suka. Pribadi yang demikian ditempatkan dimanapun akan membuatnya bekerja.
Bandingkan seorang guru kerohanian yang agung dengan seorang filsuf. Seorang filsuf jarang mampu mempengaruhi pribadi seseorang, namun ia mampu membuat karya-karya yang mengagumkan. Sebaliknya, seorang guru kerohanian mampu menggerakkan berbagai negara dalam seluruh hidupnya. Perbedaannya disebabkan oleh kepribadiannya. Pada diri filsuf tadi kepribadian yang terpengaruh lebih sedikit sedangkan dalam diri seorang guru kerohanian yang agung itu kepribadian yang besarlah yang menjelma. Pada orang yang pertama kita menyentuh kecerdasan, pada yang kedua kita menyentuh kehidupan saja.
Pengetahuan rāja yoga menyatakan bahwa telah menemukan hukum untuk mengembangkan kepribadian dan jika memperhatikan hukum dan metode-metode ini, setiap orang dapat menumbuhkan dan memperkuat kepribadiannya. Ini adalah salah satu cara yang sangat praktis dan merupakan rahasia dari seluruh pengetahuan. Cara ini dapat dilaksanakan secara universal. Dalam kehidupan rumah tangga, dalam kehidupan si miskin, si kaya, pedagang apalagi orang spiritual dan dalam seluruh kehidupan lainnya, ini adalah hal yang luar biasa, proses memperkuat kepribadian.
Kita terus menerus mengeluh bahwa kita tak memiliki pengendalian atas perbuatan, atas pemikiran. Namun bagaimana kita dapat mengendalikannya, jika kita dapat mengendalikan perbuatan kita, mengendalikan pikiran pada akarnya, sebelum menjadi pikiran, sebelum menjadi perbuatan, maka akan mudah bagi kita untuk mengendalikan keseluruhannya. Sekarang, jika ada metode yang memungkinkan kita menganalisa, menginvestigasi, memahami dan akhirnya mengatasi dengan kekuatan yang lebih baik, penyebab asalnya, maka dengan sendirinya mudah bagi kita mengendalikan diri kita sendiri. Dan orang yang telah mampu mengendalikan seluruh pikirannya maka pasti akan mampu mengendalikan setiap pikiran orang lain. Itulah sebabnya kesucian dan moralitas selalu menjadi obyek agama. Orang yang suci, bermoral pasti mampu mengendalikan dirinya. dan pikiran-pikiran lain adalah sama, hanya bagian-bagian yang berbeda dari satu pikiran. Mereka yang mengetahui segumpal tanah liat pasti mengetahui semua tanah liat di seluruh alam. Mereka yang mengetahui dan mengendalikan pikirannya sendiri pasti mengetahui rahasia setiap pikiran dan menguasai setiap pikiran.

Bagaimana Menjadi Seorang Yogi
Seorang yogi harus selalu berlatih. Dia harus berusaha hidup sendiri. Pergaulan dengan golongan orang yang tak sepaham dapat merusak pikiran. Dia tak boleh terlalu banyak berkata-kata, karena banyak bicara merusak pikiran, tak boleh banyak bekerja, karena terlalu banyak bekerja mengganggu pikiran. Pikiran tak akan dapat dikendalikan setelah seharian bekerja. Seseorang yang selalu mengendalikan aturan di atas adalah seorang yogi. Seperti halnya kekuatan yoga, meskipun sedikit saja, akan membawa sejumlah besar manfaat. Kekuatan itu tak akan menyakiti siapapun, namun akan menguntungkan setiap orang. Yang pertama, kekuatan ini akan menurunkan pengaruh-pengaruh syaraf, memberikan sifat-sifat tenang, memungkinkan kita melihat sesuatu secara jelas. Temperamen dan kesehatan kita akan membaik. Kesehatan yang prima menjadi tanda awal dan menimbulkan suara yang indah. Ketidaksempurnaan suara akan dirubah. Ini mungkin menjadi yang pertama dari segala efek yang akan timbul. Mereka yang berlatih dengan keras akan mendapatkan banyak tanda lain. Kadang-kadang kedengaran seperti bunyi denting bel dari jauh, yang bercampur aduk, dan terdengar di telinga sebagai suara yang menerus. Kadangkala juga terlihat sesuatu seperti titik cahaya kecil yang melayang lalu semakin membesar; dan kalau ada tanda seperti ini, artinya Anda mengalami kemajuan yang pesat dalam latihan.
Mereka yang ingin menjadi yogi, selain berlatih dengan giat, pertama-tama juga harus memperhatikan dietnya. Namun mereka yang menghendaki latihan kecil hanya untuk setiap hari, orang-orang bisnis, jangan biarkan mereka makan terlalu banyak, kalau tidak mereka akan makan apa saja yang mereka senangi. Bagi mereka yang ingin mendapatkan kemajuan yang cepat dan berlatih dengan keras, maka sebuah disiplin diet mutlak diperlukan.
Ketika seseorang mulai berkonsentrasi, jatuhnya sebatang jarum akan terasa seperti petir yang melintas dalam bayangan kita. Ketika organ-organ mulai membaik, maka konsentrasipun ikut membaik. Ini adalah tahapan-tahapan yang akan kita lalui dan bagi mereka yang tekun dan bersabar pasti akan berhasil. Tinggalkan semua sifat berbantah dan semua yang mengganggu pikiran. Itu hanya membuat pikiran goyah keseimbangannya, dan mengganggunya. Kita harus mencapai keadaan yang nyata. Jadi tinggalkan semua perdebatan yang sia-sia.
Mereka yang benar-benar ingin menjadi seorang yogi harus meninggalkan selamanya segala hal yang sedikit-sedikit seperti itu. Tentukan suatu gagasan, buatlah gagasan itu sebagai kehidupanmu. Pikirkanlah, mimpikan, dan hiduplah dalam gagasan itu. Biarkan otak, otot syaraf dan setiap bagian tubuhmu dipenuhi dengan gagasan itu dan jauhkan gagasan-gagasan lainnya. Inilah jalan menuju keberhasilan dan inilah cara yang menghasilkan raksasa-raksasa spiritual agung. Yang lain hanya mesin-mesin omong saja. Jika kita benar-benar ingin diberkati dan membantu yang lain agar terberkati, maka kita harus melangkah lebih dalam. Langkah pertama adalah jangan merusak pikiran, jangan bergaul dengan orang-orang yang gagasannya dapat merusak. Kita semua mengetahui bahwa orang-orang tertentu, tempat-tempat tertentu tidak cocok untuk diri kita. Maka hindarilah semua itu. Dan bagi mereka yang ingin mengejar yang tertinggi harus menghindari baik lingkungan yang buruk maupun lingkungan yang baik. Berlatihlah dengan keras. Tak masalah walaupun gagal atau berhasil. Anda harus terjun lebih dalam dan berbuat tanpa mengharapkan hasilnya. Jika Anda benar-benar tekun, maka dalam 6 bulan Anda akan menjadi seorang yogi yang sempurna. Tetapi mereka yang hanya mengambil sedikit yang ini dan sedikit lagi yang itu tak akan mendapatkan kemajuan. Sebenarnya tak ada gunanya kita mengikuti pelatihan terhadap suatu hal (pelajaran). Karena bagi mereka yang penuh dengan sifat tamas (kemalasan), bodoh mereka yang pikirannya tak pernah dapat terkonsentrasikan pada gagasan apapun, yang hanya mengejar kesenangan untuk dirinya semata, maka agama dan filsafat hanya merupakan obyek kesenangannya. Orang-orang yang seperti ini adalah orang yang kurang tekun. Misalkan, mereka mendengar suatu pembicaraan yang baginya menyenangkan, maka dia pun senang kemudian berlalu pulang dengan melupakan semua pembicaraan yang didengarnya tadi. Untuk dapat berhasil kita harus memiliki ketekunan tinggi dan kemauan kuat.


Pelaksanaan Yoga
Badan harus dipelihara dengan selayaknya. Orang yang menyiksa tubuhnya merupakan suatu kejahatan. Jagalah agar pikiran selalu penuh dengan kesenangan. Jika pikiran sedih datang maka buanglah jauh-jauh. Seorang yogi tak boleh terlalu banyak makan, tetapi juga tak terlalu banyak puasa, tak boleh terlalu banyak tidur, namun tak boleh juga kurang tidur. Dalam segala hal hanya orang yang mempertahankan cara keemasan sajalah yang dapat menjadi seorang yogi.
Kapankah waktu terbaik untuk berlatih yoga ? yaitu pertemuan waktu saat fajar dan senja yaitu ketika seluruh alam tenang. Pakailah sikap duduk yang paling nyaman. Jaga agar tiga bagian badan tetap tegak, yaitu punggung, pundak, dan kepala, biarkan tulang punggung bebas dan lurus. Jangan bengkok kedepan atau kebelakang. Kemudian secara mental bayangkan badan kita, bagian demi bagian menjadi sempurna. Kemudian kirimkan cinta kasih pada seluruh isi dunia. Kemudian berdoalah untuk mencapai pencerahan.
Bagian yang biasa kita gunakan dalam mimpi dan berpikir yang disebut imajinasi juga merupakan alat untuk mencapai kebenaran itu. Jika imajinasi kita kuat, maka obyek akan tervisualisasikan. Tentukanlah suatu gagasan, abdikan dirimu padanya, berjuanglah dengan sabar maka mentari akan bersinar untukmu.
Semakin murni pikiran maka semakin mudah untuk mengendalikannya. Jangan pedulikan kekuatan-kekuatan batin yang mungkin Anda peroleh. Biarkan kekuatan itu berlalu. Orang yang mengejar kekuatan pikiran tak akan tahan oleh godaannya. Hampir semua orang yang mengejar kekuatan kehendak itu, terperangkap olehnya.
Setiap gelombang nafsu yang dapat ditahan berarti suatu keseimbangan dalam kebaikan hati Anda. Oleh karena itu adalah bijaksana, kalau kita tak membalas kemarahan dengan kemarahan, sebagaimana dengan semua moralitas sejati.
Jangan sekali-sekali membicarakan keburukan orang lain, betapa pun buruknya mereka. Tak ada yang pernah dapat diperoleh dari hal seperti itu. Anda tak akan pernah menolong orang lain dengan membicarakan kesalahan mereka. Dengan menyakitinya berarti Anda juga menyakiti diri Anda sendiri. Anda tak boleh menghakimi seseorang karena kesalahannya. Ingat, yang jahat selalu sama dimana saja di dunia ini. Pencuri dan pembunuh sama saja baik di Asia, Eropa, maupun Amerika. Mereka membentuk suatu bangsa dengan sendirinya. Hanya pada orang-orang baik, suci, dan kuat kita temukan keragaman. Oleh karena itu jangan melihat keburukan  pada diri orang lain. Kejahatan adalah suatu kebodohan, atau kelemahan. Apa baiknya Anda mengatakan yang lain lemah, penghinaan dan penghancuran tak ada manfaatnya. Kita harus memberikan mereka sesuatu yang lebih tinggi. Beritahu mereka akan sifat sejati dan hak-hak mereka. Jangan pernah bertengkar tentang agama. Semua perselisihan dan perdebatan tentang agama menunjukkan tak adanya spiritualitas. Perselisihan agama hanya bagi mereka yang banyak bicaranya. Karena kesucian dan spiritualitas pergi meninggalkan jiwa yang kering, maka pertentangan pun terjadi.

Pengendalian Diri
Kita harus menyatakan ketuhanan kita ditengah-tengah segala kesulitan ini. Alam menginginkan kita untuk bereaksi, membalas pukulan dengan pukulan, pencurian dengan pencurian, kebohongan dengan kebohongan, agar kita membalas sedapat mungkin. Dipergunakan kekuatan yang super Tuhan untuk tak membalas perbuatan orang lain terhadap kita, untuk mengendalikan diri dan tidak terikat.
Memang sangat sulit, namun kita dapat mengatasinya dengan latihan yang konstan. Kita harus memahami bahwa tidak ada sesuatu yang dapat terjadi tanpa kita membuat diri kita sendiri siap untuk menerimanya. Kita hanya akan mendapatkan apa yang menjadi hak kita. Maka mari kita lupakan kesombongan kita dengan memahami hal ini, bahwa kita tidak pernah mengalami penderitaan. Kita tidak akan peranh tidak mengalami cobaan. Tak ada kejahatan yang kita lakukan tanpa kita buat diri kita siap untuk melakukannya. Kita harus menyadari hal ini. Cobalah analisa diri anda maka anda akan mendapatkan bahwa cobaan yang datang pada diri anda adalah karena anda telah mempersiapkan diri anda untuk semua itu. Anda yang mempersiapkan setengahnya sementara alam melengkapi setengahnya. Demikianlah asal mula datangnya cobaan itu. Itu akan menghilangkan kemabukan kita. Pada saat yang sama, dari analisa yang dalam itu akan datang sebaris harapan, dan sebaris harapan itu adalah “Aku tak kuasa mengendalikan dunia eksternal, namun aku dapat mengendalikan dunia internalku yang di dalam, yang terdekat denganku, duniaku sendiri. Jika kedua dunia ini dibutuhkan untuk membuat sebuah kegagalan padaku, jika kedua dunia ini diperlukan untuk membuat cobaan padaku maka dunia yang ada dalam kendaliku tak akan aku berikan lalu bagaimana mungkin cobaan itu dapat terwujud, jika aku telah mendapatkan kendali yang nyata terhadap diriku maka cobaan itu tak akan pernah datang.
Setiap waktu dari masa kanak-kanak kita selalu berusaha mencari kambing hitam pada seorang atau sesuatu di luar kita. Kita selalu berbuat untuk kebaikan orang lain dan bukan untuk diri kita. Jika kita menderita, kita berkata “Dunia ini penuh kejahatan”. Kita mengutuk orang lain dan berkata, “Betapa bodohnya!” tetapi kalau dunia ini memang demikian, mengapa ada disini, jika kita menganggap diri baik, mengapa yang lain ada disini juga. “Aduh orang-orang duniawi ini sangat egois!” ya, benar. Tetapi mengapa kita ada diantara mereka kalau kita memang baik. Pikirkanlah hal ini!
Kita hanya akan mendapatkan apa yang menjadi hak kita. Suatu kebohongan jika kita mengatakan bahwa dunia ini buruk, sementara kita baik. Itu tak akan pernah dapat demikian. Ini adalah sebuah kebohongan besar yang kita katakana pada diri kita.
Pelajaran pertama yang harus dipelajari ialah putuskan untuk tidak menyalahkan orang lain atau sesuatu di luar kita, jangan mencari kambing hitam, tetapi jadilah orang dewasa, bangkitlah, jadikan diri Anda sendiri sebagai kambing hitamnya. Maka anda akan mendapatkan bahwa semua yang ada selalu benar. Kendalikan dirimu sendiri.


Bagaimana Mengendalikan Emosi
Citta vrti, gelombang pikiran yang kasar dapat kita rasakan. Gelombang pikiran ini dengan mudah dapat dikendalikan . Tetapi bagaimana dengan naluri yang lebih lembut itu , bagaimana naluri ini dapat dikendalikan, ketika sedang marah, seluruh pikiran kita menjadi satu gelombang kemarahan besar. Kita dapat melihat, merasakan, menangani dan dapat memanipulasinya serta berjuang untuk dapat mengatasinya, tetapi itu tidak akan berhasil sebelum kita dapat mencari penyebabnya. Misalkan seseorang berkata kasar kepadaku maka aku pun mulai “panas”. Dia terus menghina sehingga akhirnya aku benar-benar marah dan lupa diri dan mempersamakan diri dengan kemarahan. Ketika pertama kali dia menghina, aku berpikir “aku akan marah”. Dimana kemarahan merupakan satu hal dan aku adalah hal lain yang terpisah. Namun ketika kita sudah marah maka ‘aku’ adalah kemarahan. Semua ini harus dikendalikan dari akalnya, dari bentuk yang paling halus, bahkan sebelum kita sadar bahwa semua itu sedang bekerja pada diri kita.
Pada kebanyakan orang keadaan pikiran yang seperti ini bahkan tak dikenalinya, keadaan bawah sadar darimana semua itu muncul. Seperti gelombang yang muncul dari dasar danau, kita tak dapat melihatnya bahkan juga tak terlihat meskipun gelombang itu sudah mendekati permukaan. Hanya pada saat gelombang itu sudah muncul dipermukaan dan membentuk riak gelombang, barulah dapat dikenali. Kita hanya akan berhasil menahan arus gelombang itu, kalau kita sudah dapat menemukan sumbernya, dan sampai kita dapat mengendalikan dan menaklukkannya, sebelum ia menjadi suatu tindakan, maka tak ada harapan untuk menaklukkan nafsu apapun sepenuhnya. Untuk mengendalikan nafsu, kita harus mengendalikan dari akarnya maka dengan sendirinya kita akan dapat menaklukkan wujud kasar dari nafsu itu. Seperti benih yang telah digoreng, kemudian ditabur di tanah, tak akan dapat tumbuh, maka demikianlah nafsu-nafsu ini tak akan muncul lagi.
Meditasi adalah salah satu alat paling ampuh untuk mengendalikan munculnya gelombang-gelombang nafsu itu. Dengan meditasi anda dapat membuat pikiran mampu menaklukkan gelombang-gelombang itu. Dan jika anda terus berlatih meditasi selama berhari-hari, bebulan-bulan, bertahun-tahun, sampai meditasi menjadi suatu kebiasaan, sampai meditasi itu tertanam dalam diri anda, maka kemarahan dan kebencian akan terkendalikan dan terdeteksi.

Konsentrasi
Konsentrasi adalah intisari dari segala pengetahuan. Tak ada yang dapat dilakukan tanpa konsentrasi. 90% kekuatan pikiran ini dibuang-buang oleh orang kebanyakan, sehingga mereka sering melakukan kesalahan-kesalahan besar. Orang yang pikirannya terlatih tak akan membuat suatu kesalahan. Jika pikiran dikonsentrasikan dan dibalik pada pikiran itu sendiri, maka semua yang ada di sekeliling kita akan menjadi pelayan, bukan majikan kita. Orang-orang Yunani menerapkan konsentrasi mereka pada hal-hal eksternal, sehingga hasilnya, mereka sempurna dalam seni, kesusastraan, dan lain-lain. Sedangkan orang-orang Hindu mengkonsentrasikan pikirannya pada dunia internal, pada kesadaran yang tak tampak dalam diri sejati, sehingga mereka pun menemukan pengetahuan yoga. Yoga adalah pengetahuan untuk mengendalikan indra, niat dan pikiran. Keuntungan dari pelajaran yoga ini adalah kita belajar mengendalikan dan bukannya dikendalikan. Pikiran itu tampaknya berlapis-lapis. Sehingga tujuan kita yang sebenarnya adalah untuk melewati segala sesuatu yang berselang seling dari keberadaan kita dan menemukan Tuhan. Tujuan dan maksud dari ajaran yoga ini adalah untuk merealisasikan Tuhan. Dan untuk melakukan semua ini kita harus mengatasi pengetahuan relatif, dan melampaui dunia indra-indra. Dunia ini terjaga pada indra-indra, sedangkan anak-anak Tuhan tertidur pada bidang itu. Dunia ini tertidur pada Yang Abadi. Anak-anak Tuhan terjaga pada wilayah tersebut. Semuanya ini adalah anak-anak Tuhan. Hanya ada satu jalan untuk mengendalikan indra-indra untuk melihat-Nya, sebagai realitas utama di alam semesta raya ini. Maka hanya dengan itulah kita dapat menaklukkan pikiran kita itu.
Konsentrasi adalah penahanan pikiran sampai pada atas yang terkecil. Ada delapan proses untuk menahan pikiran, yang pertama adalah ‘yama’ yaitu pengendalian pikiran dengan menghindari obyek-obyek luar, termasuk semua jenis moralitas. Tidak melakukan kejahatan. Tidak menyakiti semua ciptaan Tuhan. Jika anda sanggup untuk tidak menyakiti makhluk hidup selama 12 tahun, maka singa dan macan pun akan tunduk pada anda. Laksanakanlah kebenaran. Melaksanakan kebenaran dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan secara mutlak selama 12 tahun akan memberinya segala yang diinginkannya, sucikanlah pikiran, perkataan, dan perbuatan. Kesucian adalah dasar dari setiap agama. Kesucian individu itu adalah mutlak. Selanjutnya ‘nyama’ yaitu tak membiarkan pikiran mengembara ke banyak arah. Kemudian ‘asana’ yaitu sikap badan. Ada 84 sikap badan dalam yoga. Namun yang terbaik adalah yang paling sesuai bagi orangnya sendiri yaitu sikap yang dapat dilakukan lebih lama dan mudah baginya. Setelah itu ‘pranayama’ yaitu pengaturan nafas. Kemudian ‘pratyahara’ yaitu menarik fungsi organ dari obyeknya. Lalu ‘dharana’ yaitu konsentrasi. Kemudian ‘dhyana’ yaitu perenungan atau meditasi (ini adalah inti dari ajaran yoga ). Dan yang terakhir ‘samadhi’ yaitu keadaan bawah sadar.
Semakin suci badan dan pikiran maka semakin cepat tujuan tercapai. Anda harus benar-benar sempurna. Jangan pernah berpikiran jahat. Pikiran semacam ini hanya akan menjatuhkan anda. Jika anda benar-benar suci dan berlatih dengan penuh keyakinan, maka pikiran anda akan dapat dibuat menjadi sebuah cahaya dari kekuatan tak terbatas. Jangkauannya tak terbatas. Tetapi harus ada latihan yang konstan dan ketidak terikatan pada dunia. Ketika seseorang mencapai Samadhi maka semua perasaan terhadap badan akan lebur. Maka dengan sendirinya ia akan bebas dan abadi. Pada penampakan luarnya keadaan bawah sadar dan Samadhi ini tampaknya sama, namun sebenarnya keduanya berbeda sebagaimana halnya sebongkah lumpur dan sebongkah emas. Orang yang seluruh jiwanya diabdikan pada Tuhan pasti akan mencapai keadaan Samadhi ini.

Meditasi
Pertama-tama, meditasi harus menjadi sifat negatif. Jangan pikiran apapun juga. Analisa segala sesuatunya yang muncul dalam pikiran dengan kegiatan kehendak yang lembut saja.
Kemudian, nyatakan siapa diri kita yang sebenarnya yaitu keberadaan, pengetahuan dan kebahagiaan yang ada, yang mengetahui dan yang mencintai.
Meditasi adalah cara mempersatukan subyek dan obyeknya. Bermeditasilah:
Di atas, penuh dengan aku; di bawah, penuh dengan aku; di tengah, penuh dengan aku; aku ada pada setiap mkhluk dan semua makhluk ada pada diriku. Om tat sat, Aku adalah itu. Aku adalah keberadaan, mengatasi pikiran. Aku adalah satu roh alam semesta. Aku bukanlah kesenangan ataupun kesedihan. Dalam Bhagavadgitā. IX. 9 juga disebutkan sebagai berikut:

Samo ‘ham sarva bhutesu
Na me dvesyo ‘sti na priyah
Ye bhajanti tu mam bhaktya
Mayi te tesu capy aham
                              (Bhagavad Gita. IX.9)
Terjemahan: Aku bersikap sama pada semua makhluk, tidak ada yang Aku benci dan tidak ada yang Aku kasihi. Akan tetapi mereka yang memuja-Ku dengan penuh rasa bhakti, maka dia akan selalu bersama-Ku dan Aku ada pada dirinya.
Badan ini makan, minum dan seterusnya. Aku bukanlah badan. Juga bukan pikiran. Aku adalah Dia. Aku adalah saksi. Aku yang melihat. Ketika kesehatan datang akulah saksinya, ketika penyakit datang, Akulah saksinya. Aku adalah keberadaan, pengetahuan, kebahagiaan. Aku adalah intisari dan nectar dari pengetahuan. Dalam keabadian, Aku tak pernah berubah, Aku tenang, semarak dan tanpa perubahan.

Keseimbangan Pikiran Adalah Yoga
Adalah seorang rsi agung di India yang dipanggil Vyāsa. Vyāsa ini terkenal sebagai penyusun kitab Vedānta sutra dan merupakan orang suci. Ayahnya telah berusaha untuk menjadi seorang yogi sempurna namun gagal. Demikian pula kakeknya juga gagal. Sama juga dengan moyangnya yang juga telah berusaha namun gagal. Dia sendiri juga belum berhasil secara sempurna, namun anaknya, ‘Suka’ terlahir sempurna. Rsi Vyāsa mengajarkan anaknya kebijaksanaan dan setelah mengajarkan semua pengetahuan tentang kebenaran dirinya, beliau lalu mengirimkannya kepada rāja Janaka. Rāja Janaka ini adalah raja besar dan dijuluki ‘Janaka Videha’, Videha artinya ‘tanpa badan’. Meskipun ia seorang raja, tetapi dia telah melupakan sama sekali bahwa dirinya memiliki badan. Setiap saat ia selalu merasa bahwa dirinya adalah roh. Maka anak ini, dikirim untuk diajar olehnya. Sang raja pun sudah mengetahui akan kedatangan putra sang pertapa Vyāsa ini, maka ia pun menyusun beberapa rencana yang dipersiapkan untuknya. Ketika ‘Suka’ tiba di gerbang istana, para penjaga sama sekali tidak memperhatikan atau memberikan sambutan. Mereka hanya menyuruhnya duduk dan dia pun duduk di sana selama tiga hari, siang dan malam, tak seorang pun berckap-cakap dengannya, tak seorang pun menanyakan siapa dirinya dan dari mana asalnya. Dia adalah anak seorang pertapa tersohor, yang dihormati oleh seluruh kerajaan dan dia sendiri adalah orang terhormat, akan tetapi orang rendahan semacam penjaga gerbang istana pun tak memberi penghormatan padanya.
Setelah itu, tiba-tiba semua mentri dan pejabat-pejabat tinggi datang, dan memberikan penghormatan padanya. Mereka memperlakukannya dengan baik dan memberikan kamar yang luas, pakaian yang sangat indah dan selama 8 hari mereka melayaninya dengan penuh kemewahan. Ketenangan yang agung dari wajah ‘Suka’ tak berubah sedikit pun, oleh perubahan perlakuan terhadap dirinya, dia tetap bersikap sama pada waktu dilayani dengan kemewahan ataupun pada waktu menunggu di gerbang istana.
Kemudian dia dibawa kehadapan raja. Sang raja sedang duduk di singasananya, musik pun dimainkan, tarian, dan segala hiburan lain dipertunjukkan. Lalu sang raja memberinya secangkir susu, yang penuh sampai ke tepi cangkir dan menyuruhnya untuk membawa cangkir itu berkeliling ruangan tujuh kali tanpa boleh menjatuhkannya setetes pun. Kemudian dia pun mengambil cangkir itu lalu membawanya di tengah aluanan musik dan wajah-wajah cantik penari-penarinya. Sebagaimana yang dikehendaki oleh sang raja maka ia pun berkeliling ruangan sebanyak tujuh kali dan tak setetes pun susu itu tumpah. Pikiran anak itu sedikit pun tak tergoda oleh apapun di dunia ini, terkecuali dia sendiri yang menginginkan hal itu mempengaruhinya. Dan ketika ia akan mengembalikan cangkir itu pada sang raja, beliau lalu berkata, “Apa yang telah kau pelajari dari ayahmu dan apa yang telah kau pelajari sendiri, aku hanya dapat menirunya. Kau telah mengetahui kebenaran itu, sekarang pulanglah”.
Demikianlah orang yang telah berlatih mengendalikan dirinya, tak akan dapat dipermainkan oleh apapun di luarnya. Tak lagi ada perbudakan pada dirinya. Pikirannya telah bebas.
Sumber Referensi
Vivekānanda, Svāmī. 2007. Vedānta: Puncak Kebenaran Veda Masa Kini. Terj. Gede Kamajaya & Oka Sanjaya. Ed. I Wayan Maswinara. Surabaya: Paramita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar