Pages

Selasa, 04 November 2014

Konsep Moksa dalam Lontar Pamatelu Bhatara

PENDAHULUAN
 Ajaran agama Hindu yang berkembang di Indonesia adalah ajaran Siwa Siddhanta, ajaran ini diartikan sebagai doktrin dari ajaran Siwa. Menurut Sara Sastra (2005) dalam bukunya yang berjudul “Konsepsi Monotheisme dalam Agama Hindu” dijelaskan bahwa ajaran Siva Siddhanta merupakan ajaran agama Hindu yang berkembang di Indonesia, yaitu suatu ajaran yang menekankan pada pemujaan lingga dan tokoh Tri Murti yaitu Brahma, Visnu dan Siva. Dapat tiartikan bahwa Siwa sebagai dewa tertinggi yang dipuja disamping merangkul segala sekta-sekta yang ada. Masuknya agama Hindu di Bali pada khususnya sesuai dengan tradisi dan budaya yang telah berkembang sebagai contoh pada jaman dahulu masyarakat telah mengenal kepercayaan Animisme (kepercayaan terhadap roh nenek moyang/leluhur) dan Dinamisme ( kepercayaan terhadap benda-benda sakral, salah satunya seperti gunung, matahari, pohon besar dan lain-lain) sehingga agama Hindu dengan mudah mampu diterima masyarakat Bali pada khusunya. Banyak karya sastra klasik berupa lontar-lontar yang berkembang di Bali yang menjadi bukti perkembangan ajaran Siwa siddhanta. Seperti contohnya Lontar Pamatelu Bhatara dan lain sebagainya yang masih banyak terdapat di Bali. inti ajaran lontar-lontar yang bercorak Siwaisme adalah Siwa sebagai realitas tertinggi.

KONSEP SIWA, SADA SIWA DAN PARAMA SIWA DALAM LONTAR PAMATELU BHATARA
 iti pamatelu bhatara, rahasia sira, away wera, apan larangan temen, nihan pamatelu bhatara, kaweruhakena, luirnia, siwa, sada siwa, parama siwa. Siwa nga, cemibeki, sada siwa nga, wiapi wiapaka, parama siwa nga, acintya tan kawastu, laksananing siwa, kadiangganing aditya wimba, aneng we dalem gata, laksananin sadasiwa, kadiangganing aditya iruhur camana, laksananing parama siwa, kadiangganing akasa,tuhu katon tan pasambutansiwa nga, pinaka cerip, atma jatining awak nira, tunggal dadi moksah, tan pawilangan jati sira.
Artinya : ini tentang pamatelu bhatara, sangat rahasia beliau, jangan gegabah, sebab sangat dilarang, ini pamatelu bhatara, supaya di ketahui, seperti Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa. Siwa artinya cemibeki, Sada Siwa artinya wyapi wyapaka, Parama Siwa artinya acintya tak berupa, hakekat Siwa seperti matahari yang berada di air dalam tempayan, hakekat Sada Siwa seperti matahari yang berada di atas pohon, hakekat Parama Siwa seperti halnya angkasa yang dapat dilihat namun tidak bisa di jamah, Siwa artinya sebagai cerip, berwujud jiwa/ atma sebenarnya beliau, yang menyatu menjadi moksa, tidak bisa di bicarakan/di ungkapkan sebenarnya beliau. Lontar pamatelu bhatara adalah lontar yang membahas tentang konsep Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa, Siwa adalah cemibeki, Sada siwa adalah wyapi wyapaka dan Parama Siwa adalah acintya yang tak berwujud. Siwa dalam lontar ini di umpamakan sebagai bayangan matahari, yang berada di dalam tempayan berisi air, sedangkan hakekat Sada Siwa diumpamakan sebagai bayangan matahari yang berada diatas pohon, sedangkan hakekat Parama Siwa sama seperti angkasa yang dapat dilihat namun tidak bisa di jamah. Antara konsep Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa adalah merupakan satu kesatuan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Antara Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa di ibaratkan seperti Atma yang menyatu menjadi moksa, seperti api dalam kayu, seperti minyak dalam susu, sedangkan jika dilihat dari siftnya Siwa adalah berwujud jiwa/atma sedangkan Sada Siwa berwujud wyapi wyapaka / ada di mana ana, dan berwujud suksma, sedangkan Parama Siwa berwujud acintya dan tak bisa di wujudkan dalam dunia dan dalam tubuh kita. Jika diumpamakan konsep Siiwa, Sada Siwa dan Parama Siwa diumpamakan seperti halnya matahari, yang hanya ada satu tidak ada duanya, kemudian letakkan sejuta tempayan yang berisi air, di dalam tempayan yang berisi air akan terlihat masing masing satu matahari, jika dilihat dari konsep tersebut maka Parama Siwa diumpamakan sebagai matahari, Sada Siwa diumpamakan sebagai sinar matahari, dan bayangan matahari yang berada di setiap tempayan yang berisi air diumpamakan sebagai Siwa, Parama Siwa memberikan kehidupan bagi setiap mahluk, Sada Siwa menciptakan semua mahluk hidup , sedangkan Siwa adalah jiwa yang berada dalam setiap mahluk. Konsep Parama Siwa memiliki sifat acintya, adresimohita (resi agung), aprajna/maha tahu, awatcil/tak terbayangkan, awastu/tak berwujud, asemati/ maha kecil, alekia/tak berujung pangkal, anubarja/tak dapat dikatakan, awiatjiheni/tidak bisa di lihat, asanggata/tak terjamah. Sedangkan Sada Siwa adalah Parama Siwa yang sudah mulai terikat dengan unsur unsur maya dan sudah mengambil tugas dan fungsi masing-masing. Siwa adalah Parama Siwa yang sudah terikat oleh maya, dan pradana, tri guna, saluranga, tri mala, segala jenis mala/kekotoran, sebab sama sama merupakan suksmaning/hakekat maya, dan kasuksman bhatara, beliau tidak berawal dan berakhir, beliau juga tidak bisa di khayalkan, swabhawa beliau yang mengikuti maya, terlihat seperti berbentuk tiga wujud, Demikianlah terlihat antara Parama Siwa, Sada Siwa, dan Siwa terlihat sebagai tiga wujud namun mereka sebenarnya adalah satu, seperti diumpamakan aditya/matahari, dan tempayan, maya itu diumpamakan membuat tempayan, jumlahnya seratus juta, bhatara diumpamakan sebagai matahari, Dalam konsep Sada Siwa dan Siwa sudah terikat dengan unsur maya, pradana dan purusa, jika dilihat dari perumpamaan diatas yang tergolong kedalam unsur pradana adalah air dalam tempayan, purusa di ibaratkan sinar matahari,, semua tempayan yang berisi air, akan terdapat matahari, demikian juga pradana, yang membuat tubuh segala mahluk hidup, di setiap tubuh mahluk terdapat sang hyang atma, di setiap keberadaan pradana, dan atma yang menyelimuti tubuh, di ikuti oleh tri guna, sad warga, tri mala, sarwa mala, terikat menjadi satu dengan tubuh kita.


KONSEP MOKSHA DALAM LONTAR PAMATELU BHATARA
Moksa, sejatinya merupakan titik akhir yang hendak dicapai bagi orang yang menekuni sadhana ( Suweta, 2012 : 14). Kita lahir berulang kali (inkarnasi) untuk meningkatkan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman dan perkembangan spiritual yang berbeda. Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yang berbeda pula. Semua jalan rohani di dunia ini penting karena ada orang orang yang membutuhkan ajarannya. (Kamajaya, 1998 : 1). Dalam lontar pamatelu bhatara moksa dapat dicapai dengan menguasai pikiran manusia sehingga pikiran dapat terkendali. Berikut penjelasannya.
moksa , nga, ndah wusana inujaraken, pahening juga, yan weruh, yan tan weruh matakuan juga, apan iya matakuan, iya mawarah, ya guru, iya sisia, matangyan kita yan weruh, yan tan weruh mapunggung matakuan ta, ya, apan tan padening urip kapanjang, yan kita tan weruh rumaseng rahasia, inget iget tang sabda sangkania, muang parania, ikang warah lawan takuan, tan sangkaring sabda ika, tan ampih, sabda juga ta tanana waneh, sabda takuan, tuhu rasaning warah, lawan takuan, inget inget denta, rep mari winuwus, iki pametelu bhatara.
Artinya: moksa namanya, demikianlah akhir dari yang disampaikan, maka resapilah, jika tidak tahu, bertanyalah, sebab beliau bertanya, beliau mengajarkan, beliau guru, beliau murid, itulah sebabnya jika kamu tahu, jika tidak tahu dan bodoh bertanyalah, sebab semuanya tidak sama sepanjag hidupmu, jika kamu tidak tahu merasakan yang sulit ini, maka ingatingatlah semua yang dikatakannya ini dan penyebabnya, dan kemana jalannya, perkataan dan pertanyaanya, tidaklah disebabkan dari perkataanitu, tidak keduanya, perkataan ini tiada lain, perkataan pertanyaan, sebenarnya adalah merasakan perkataan, dan pertanyaan, ingat ingatlah selalu, akan hilang saat di sebutkan, inilah pamatelu bhatara. Tingkat kelahiran manusia di sebabkan oleh banyak sedikitnya unsur maya yang menyelimuti jiwa/atma. Penjelmaan yang utama (swarga Cyuta) terjadi apabila atma sedikit diselimuti oleh unsur maya, sedangkan penjelmaan atma yang madya terjadi apabila atma diselimuti oleh unsur maya yang lebih banyak dari pejelmaan yang utama, sedangkan penjelmaan atma yang nista terjadi apabila atma diselubungi oleh mala/kekotoran yang bayak, sedangkan moksa terjadi apabila atma/jiwa sudah terlepas dari unsur maya yang mengikatnya. jadi secara garis besarnya dapat disimpulkan ada penjelmaan atma nista jika atma itu sudah benar benar kotor, maka akan terjerumus kedalam neraka, dan terlahir kembali menjadi binatang melata, jika atma itu madya, akan terbang kedalam tri bhuwana, menjadi manusia, akan menjadi raja yang berkuasa, jika utama atma itu, akan menikmati sorga menjadi para dewa, dan widya dara, jika terlepas dari nista madya dan utama atma itu, maka akan menemukan moksalah atma itu, kawisesan bhatara, seperti halnya Bhatara Paramasiwa Usaha atma dalam pencapaian moksa/menyatu dengan Brahman di tentukan oleh jnana atma, sebab jnana atmalah yang mengadakan perbuatan yang baik dan buruk jika jnana itu ingat untuk memperingatkan sang atma, tentang Swabhawa Bhatara, maka atma itu akan selalu berbuat yang baik, dan sedikitlah sang atma terikat dengan kekotoran itu, disesuaikan pula dengan kekotoran yang mengikat jnana utama itu, yang nantinya dapat membahayakan/meracuni sang atma, maka tidak baiklah sang atma jika demikian, akan banyak terikat oleh kekotoran, berbuat baik dan buruk, ingat dengan hukum subha asubha karma, kenistaan hukum kelahiran yang berulang ulang/punarbhawa, utamakanlah kebenaran jnana, yang akan membuat atma mencapai moksa,
perbuatan baik dan buruk, yang akan mengikat tidak boleh di lepaskan, mengikat Sang Hyang purusa dan pradana, sebenarnya, ada orang yang menyiapkan diri melaksanakan tapa brata yoga Samadhi, berusaha mencapai moksanya atma, sangat sulit di dapatkannya, pergi ketengah hutan, menahan lapar dan kesengsaraan, panas dan dingin, kekotoran pikiran, apalagi jika merasa berbangga diri, masih diikat dengan rasa cinta/kasmaran, semakin tumbuh berkembang tidak bisa di pisahkan, jika ada orang yang tahu dengan semua kebenarannya, itulah sebabbnya hendaknya di awali dengan mengendalikan jnana, di kuasai dahulu, leburlah dengan kesucian hati, maka akan hilang dan terpisah pisah, atma dari kekotoran. Simpulan Dalam lontar ini dibahas menganai hakekat Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa jika dilihat dari pengertiannya maka Parama siwa tiada lain adalah Tuhan Nirgunam Brahman yang tidak terpikirkan, sedangkan Sada Siwa adalah Tuhan dalam wujud Sagunam Brahman Tuhan serba guna dalam meciptakan, mengatur dan melebur segala ciptaannya dan Siwa itu sendiri tiada lain adalah jiwa yang menghidupi kita. Jika di lihat dari namanya, antara Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa memiliki banyak nama namun semuanya adalah satu, sebab beliau tidak memiliki swabhawa, , tidak berupa serta kekuatannya dapat dirasakan di jagat raya dan di dalam tubuh. Penciptaan maya membuat sebuah perbedaan, ada yang menyebutkan beliau sebagai sang Hyang Budha, dan Sang Hyang Siwa namun sebenarnya beliau dalah tuinggal dan masih banyak lagi sebutan mnama beliau sesuai dengan funfsi serta sifatnya Dalam lontar pamatelu bhatara juga di singgung tentang moksha, agama Hindu memandang moksa adalah suatu tujuan agama Hindu menyatunya atman dengan Brahman atau menyatunya jiwa dengan sang pencipta sehigga sang atama tidak mengalami punar bhawa atau kelahiran berulang karena kelahiran ini merupakan suatu penderitaan. Dalam lontar ini jalan untuk mencapai suatu pembebasan adalah dengan cara menguasai jnana pikiran karena pikiran sifatnya liar untuk itu perlu dikuasai, seperti contoh tangan ini bergerak melalui pikiran, bibir berucap didahului oleh berpikir, sehingga sangat penting untuk menguasai pikiran dan mengisinya dengan pengetahuan yang baik dengan sendirinya prilaku manusia akan baik pula sehingga akan mudah tercapinya suatu pembebasan.

DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya, Gede. 1999. Yoga Kundalini. Surabaya : Paramita
Sara Sastra, Gede.2005.Konsepsi Monotheisme dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Suweta, I Made. 2012. Kajian Ringkas Nilai Filsafat Hindu dalam Lontar Tutur Siwagama. (Sanjiwani Jurnal Filsafat). Denpasr: IHDN Denpasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar