Pages

Rabu, 05 November 2014

BHAKTI YOGA JALAN MENUJU PEMBEBASAN

Bhakti Yoga

Bhakti yoga dalah pencarian Tuhan yang sejati dan murni, pencarian yang diawali, dilanjutkannya dan diakhiri da.lam kasih sayang. Suatu saat tunggal dari kegilaan kasih sayang ekstrim terhadap Tuhan, akan membawa kita kepada kebebasan abadi. Dalam penjelasan aphorismanya tentang bhakti, Narada menyatakan “Bhakti adalah kasih sayang yang mendalam pada Tuhan.” Bila seseorang dapat mendapatkannya, ia akan mengasihi segalanya dan tak pernah membenci siapapun. Ia akan menjadi terpuaskan selanmanya.” Kasih sayang ini tak dapat dikurangi terhadap keuntungan duniawi apapun, karena selama keinginan duniawi ini masih ada, maka jenis kasih sayang ini tak akan muncul. Bhakti lebih mulia ketimbang karma, dan lebih agung daripada yoga, karena semua ini masih menghendaki objek yang tampak, sementara Bahakti kesukaannya sendiri, “caranya sendiri dan tujuannya sendiri.” Dalam bhagawadgita sloka 58 dijelaskan bahwa:
Mac-cittah sarva-durgani
Mat-prasadat tarisyasi
Atha cet tvam ahankaran
Na srosyasi vinankyasi
Terjemahannya :
Hanya dengan senantiasa mengingat Aku, maka dengan karunia-Ku engkau akan selalu mampu mengatasi segala halangan dan rintangan dalam bentuk apapun di jalan bhaktimu. Tetapi, jika karena pengaruh keakuan palsumu, engkau tidak mau mendengarkan penjelasan ini, maka engaku akan menemukan kemusanahanmu.
Menurut Prahlada Bhakti adalah kasih sayang abadi yang mengabaikan segala objek indra-indara yang dapat berlalu seperti Prahlada menjaga meditasinya pada Tuhan. Diharapkan kasih sayang semacam itu tak pernah lepas dari hati para bhakta.“ya Tuhan mereka membangun kuil tinggi-tinggi atas nama-Mu; mereka melakukan sedekah besar atas nama-Mu; hamba adalah orang miskin yang tak memiliki apapun, sehingga hamba pasrahkan jiwa raga hamba dan menempatkannya dibawah kaki pada-Mu. Janganlah mengabaikannya wahai Tuhan.” Demikian doa yang muncul dari kedalaman hati para Bhakta. Bagi mereka yang telah mengalaminya, korban diri abadi pada Tuhan Yang Terkasaih, jauh lebih tinggi ketimbang segala kekayaan dan kekuasaan, bahkan jauh lebih tinggi dari segala pemikiran yang membumbung tinggi tentang kemasyuran dan kenikmatan. Kedamaian dan kepasrahan Bhakta yang tenang merupakan suatu kedamaian yang melampaui segala pemahaman dan merupakan nilai yang tiada taranya. Apratikulya (Penyerahan diri) adalah suatu keadaan dari pikiran dimana ia tidak memiliki minat, sehingga wajar apabila tak mengenal apapun yang bertentangan dengannya. Dalam kepasrahan luhur ini, segala bentuk keterikatan sepenunya lepas, kecuali sepenuhnya teresap dalam kasih syang pada-Nya, sebagai tempat keberadaan, bergerak dan hidupnya segala sesuatu ini. keterikatan kasih sayang Tuhan ini sesungguhnya satu-satunya keterikatan yang tak membelenggu roh tetapi malahan melepaskan segala belenggu secara efektif.
Dewi Bhagavata memberikan definisi tentang kasih sayang lebih tinggi (para Bhakti) berikut ini : “bagai minyak yang ditungkan dari satu bejana ke bejana lain, mengalir tak putus-putusnya, demikianlah pula bila pikiran dalam arus pemikiran terus-menerus tentang Tuhan, itulah yang kita sebut Para-Bhakti, atau kasih sayang tertinggi.” Jenis aliran pemikiran dan hati yang terus menerus dan senantiasa mantap terhadap Tuhan ini, dengan keterkaitan yang tak terpisahkan, sungguh-sungguh merpakan manifestasi kasih sayang manusia tertinggi terhadap TUhan.
Misteri Cinta Kasih
Kita melihat cinta kasih dimena-mana dalam ala mini. Apapun yang merupakan kebaikan, keagungan dan kemuliaan adalah hasil dari cinta kasih. Dan apapun yang di dalam masyarakat dianggap sangat buruk, bahkan amat sangat buruk, adalah juga efek buruk dari emosi cinta kasih yang sama. Cinta kasih yang samalah yang memberi kita hubungan cinta kasih antara suami dengan istri sebagaimana halnya jenis cinta kasih terendah yang dipenuhi nafsu hewani. Emosinya memang sama, namun manifestasinyalah yang berbeda dalam kasus berbeda. Perasaan sinta kasih yang sama itulah, yang mengarah pada hal-hal yang baik atau buruk, yang mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan memberikan segala miliknya kepada orang-orang miskin, namun cinta kasih yang sama jugalah yang memeras orang dan merampas semua miliknya. Yang pertama mencintai ornag lain sebagaimana yang kedua mencintai dirinya sendiri. Namun arah cinta kasih dari orang yang kedua ini buruk, dan arah cinta kasih yang benar adalah yang pertama. Api yang dapat digunakan untuk memasak makanan kita dapat juga membakar anak-anak yang suka bermain api, dan hal itu bukan salahnya api jika terjadi hal demikian, perbedaanya hanyalah pda penggunaannya. Oleh karena itu cinta kasih-keinginan yang besar untuk bergabung, keinginan yang kuat untuk mempersatukan yang dua, mungkin suatu saat akan bersatu sedang bermanifestasi dimana-mana dalam bentuk yang lebih tinggi atau lebih rendah sesuai dengan masalahnya.
Bhaktiyoga adalah pengetahuan tentang cinta kasih yang lebih tinggi. Ia menunjukkan kepada kita bagaimana cara mengendalikannya, bagaimana cara menanganinya, menggunakannya, memberinya tujuan baru, dan dengannya kita akan memperoleh hasil tertinggi dan mulia yaitu bagaimana membuatnya dapat menghantarkan kita pada pemberkatan spiritual. Bhaktiyoga tidak mengatakan “Tanggalkanlah” ia hanya mengatakan “Kasihi-cintailah yang tertinggi.” Dan segala yang bersifat rendah akan hilang darinya, karena objek yang dicintainya adalah objek tertinggi.
Aku tak dapat berkata apapun tentang-Mu selain bahwa Kau adalah yang kukasihi. Kau adalah indah. Kau sungguh-sungguh indah, ini adalah bahwa kehausan kita akan keindahan itu harus ditujukan pada Tuhan. Apakah arti keindahan wajah manusia,keindahan langit, bulan dan bintang? Semua itu hanya perluasan sebagian dari keindahan Tuhan sejati, yang merangkai segalanya ini. Dia bersianar maka segalanya bersinar, melalui sinarnyalah maka semua ini dapat bersianr. Pakailah posisi bhakti tertinggi, yang membuatmu melupakan sama sekali kekuatan kecilmu itu. Jauhkanlah dirimu dari segala keterikatan keakuan duniawi kecil itu. Janganlah memandang kemanusiaan sebagai pusat dari segala keterikatan manusiawimu dan yang lebih tinggi. Bersikaplah sebagai seorang saksi, seorang murud dan pelajarilah segala fenomena alam. Milikilah perasaan tanpa keterikatan pribadi dalam hubungan dengan manusia dan luhatlah kemahakuasaan cinta kasih yang bekerja dengan sendirinya di dunia.
Kadang-kadang memang ada sedikit gesekan, namun hal itu hanya ada pada arus perjuangan untuk mencapai yang lebih tinggi, yaitu kasih sejati. Kadangkala ada sedikit perjuangan dan sedikit kekalahan, namun semuanya itu hanya sambil lalu saja. Menyampinglah dan biarkan dengan bebas gesekan itu muncul. Anda hanya akan merasakan gesekan itu kalau anda berada dalam arus duniawi. Namun jika anda berada di luarnya, hanya sebagai saksi dan siswa saja, maka anda akan dapat melihat bahw disana ada jutaan saluran dimana Tuhan memanifestasikan diri-Nya sebagai cinta kasih.
Dimanapun ada kebahagiaan meskipun pada sesuatu yang paling sensual, disana ada percikan kecil kebahagiaan abadi yang ,erupakan Tuahan itu sendiri. Bahlan pada suatu atraksi paling rendahpun ada permata cinta kasih Tuan. Salah satu julukan Tuhan dalam bahasa sanskrta adalah Hari yang artinya adalah Dia yang menarik segalanya pada diri-Nya. Dalam kenyataanya Dia adalah satu-satunya keindahan yang ada dalm hati manusia. saiapakah yang dapat benar-benar memikat ang roh? Hanya Dia. Materi tidak akan pernah dan tak akan terjadi. Ketika Anda melihat seseorang berusaha mendapatkan wajah cantik, apakah Anda berpkir bahwa itu merupakan susunan rapi molekul-molekul material yang benar-benar memikat orang? Sama sekali tidak. Dibalik partikel material itu pasti ada permainan dan pengaruh dari kasih sayang Tuhan. Orang bodoh tak mengetahuinya, namun secara sadar ataupun tidak, ia terpikat olehnya. Jadi bentuk penampilan yang terendah sekalipun memperoleh kekuatan dari Tuhan itu sendiri.
Tuhan adalah magnet agung, kita semua adalah bagian serbuk bijih besi. Kita secara terus menerus ditarik oleh-Nya dan kita semua berusaha mendekati-Nya. Semua pencarian terhadap apa yang menjadi milik kita di dunia ini tentu saja tidak dimaksudkan untuk tujuan kekuatan. Orang bodoh tak akan mengetahui apa yang mereka lakukan. Bagaimanapun juga, pekerjaan dari kehidupannya adalah mendekati magnet besar itu. Semua usaha besar dan perjuangan hidup ini ditujukkan untuk membuat kita menuju pada-Nya dan pada akhirnya bersatu pada-Nya.

Agama Cinta Kasih
Sebuah bintang muncul, kemudian muncul lagi yang lebih besar, lalu yang lebih besar lagi, sehingga akhirnya muncul matahari dan semua cahaya yang lebih redup, sirna. Matahari itu adalah Tuhan. Bintang-bintang adalah cinta kasih yang lebih kecil. Ketika matahari menyeruak manusia, maka ia akan mabuk sebagaimana yang dikatakan Emerson. “Orang yang mabuk Tuhan.” Dia akan menjelma menjadi Tuhan. Segalanya bergabung dalam suatu samudra cinta kasih. Cinta kasih biasa semata-mata hanyalah ketertarikan hewani. Kalau tidaka demikian, mengapa ada perbedaan dalam jenis kelamin? Jika seseorang berlutut dihadapan patung Tuhan dinaggap pemujaan aneh, namun jika seseoran berlutut dihadapan suami atau istri maka di anggap lumrah.
Kita semua adalah kanak-kanak yang berjuang. Jutaan orang masih bersikap bisnis tentang agama. Jika dalam sebab ada beberapa orang yang mencapai cinta kasih tuhan, maka seluruh bangsa akan terberkati dan tersucikan. Dan ketika putra Tuhan lahir ke dunia, maka seluruh bangsa akan terberkati. Memang benar orang-orang seperti itu trlahir pada suatu negara tertentu namun kita semua harus berusaha untuk mencapai-Nya. Siapa yang mengetahui daintara Anda dan saya mungkin akan menjadi orang berikutnya yang mencapainya. Oleh karena itu, marilah kita berusaha kearah sana.
Anda membaca dalam khotbah di pucak gunung, “Mintalah, maka semua akan diberikan padamu, carilah maka kau akan mendapatkannya, ketuklah maka pintunya akan dibuka untukmu.” Kesulitannya ialah siapa yang mencari dan siapa yang menginginkannya?
Bhakti merupakan suatu agama. Dan agama bukanlah untuk yang banyak itu. Itu tak mungkin. Sejenis guncangan lutut, jongkok dan berdiri mungkin sesuai untuk banyak orang, namun agama adalah bagi beberapa orang saja. Dalam setiap negara mungkin hanya beberapa ratus orang saja dapat menjadi dan akan menjadi religius. Yang terpenting adalah keinginan akan Tuhan. Kita tak menginginkan apapun selain Tuhan, karena keperluan kita sudah di penuhi oleh dunia eksternal. Hanya apabila keperluan kita melampaui segala keperluan duniawi sajalah, kita akan menginginkan pasokan dari yang internal, yaitu Tuhan.
Apa yang kita inginkan? Ulangi pertanyaan ini setiap hari pada diri kita: apakah kita menginginkan Tuhan? Anda mungkin telah membaca semua buki dialam semesta ini, namunu cinta kasih itu tak akan dimiliki karena kemampuan bicara, juga bukan karena ketinggian kecerdasan, juga bukan karena memplajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Mereka yang menginginkan Tuhan akan mendapatkan cinta kasih. Pada Tuhan memberikan diri-Nya sendiri. Cinta kasih senantiasa saling menguntungkan, yang sifatnya memantul. Anda, maka dalam sebulan atau setahun Anda akan terikat untuk mencintai saya. Ini adalah fenomena psikologi yang sudah terkenal. Sebagaimana istri tercinta yang senantiasa memikirkan kepergian suaminya, dengan cinta kasih yang sama pula hendaknya kita menginginkan Tuhan, maka kitapun akan menemukan Tuhan. Dan semua buku dan berbagai pengetahuan tak akan mampu mengajarkan apapun kepada kita. Dengan membaca buku kita membeo; tak seorang pun menjadi terpelajar hanya dengan membaca buku. Jika seseorang mampu membaca sepatah karena tentang cinta kasih itu, maka dialah sesungguhnya yang terpelajar. Jadi, pertama-tama yang harus kita miliki adalah mendapatkan keinginan tersebut.
Kita melihat orang-orang pergi ke gereja dan berdoa, “Tuhan, berilah hamba anu dan anu. Tuhan sembuhkan penyakitku.” Mereka menginginkan badan yang sehat, karena mereka mendengar ada yang akan melakukan kegiatan kerja ini bagi mereka, sehingga dia pergi gereja dan berdoa pada-Nya. Lebih baik menjadi atheis daripada memiliki gagasan seperti itu. Sebagaimana telah saya katakana, bhakti merupakan cita-cita tertinggi. Saya tak mengetahui apakah kita akan mencapinya atau tidak., ratusan atau ribuan tahun lagi, namun kita harus membuatnya sebagai cita-cita tertinggi kita, membuat indra-indra kita mengarah pada yang tertinggi.

Segitiga Cinta Kasih
Kita dapat mengandaikan cinta kasih itu sebagai sebuah segitiga, yang masing-masing sudutnya berhubungan satu sama yang lainnya dengan tiga karakteristik yang tak terpisahkan. Tak akan ada segitiga tanpa tiga sudut, dan tak mungkin ada cinta kasih sejati tanpa tiga karakteristik di bawah ini : sudut yang pertama dari segitiga cinta kasih itu yaitu cinta kasih tak mengenal tawar menawar. Yang kedua, cinta kasih tak mengenal rasa takut. Sudut yang ketiga adalah cinta kasih tak mengenal saingan, karena dalam cinta kasih itu sendiri selalu terbungkus cita-cita luhur si pencinta.
‘Cinta’ yang kita dengar dibicarakan dimana-mana. Setiap orang berkata “Cintailah Tuhan.” Orang-orang tak mengetahui apa yang harus dicintainya. Jika mereka mengetahui apa yang harus dicintainya. Jika mereka mengetahui, maka mereka tak akan berbicara begitu fasihnya tentang Tuhan. Setiap orang berkata bahwa mereka dapat mencintai dan kemudia cepat sekali mengetahui bahwa tak ada cinta kasih dalam sifatnya. Setiap wanita berkata bahwa dia dapat mencintai dan segera mengetahui bahwa dirinya tak mampu berbuat demikian. Dunia ini penuh dengan pembicaraan tentang cinta kasih, namun benar-benar sulit untuk mencintai. Dimanakah cinta kasih itu? Bagaimana kita mengetahui bahwa disini ada cinta kasih? Ujian pertama terhadap cinta kasih adalah bahwa cinta cinta kasih tak mengenal tawar menwar. Selama kita melihat manusia mencintai yang lain hanya untuk mendapatkan sesuatu darinya, maka kita mengetahuinya bahwa ini bukanlah cinta kasih. Ini hanyalah masalah jual beli semata. Dimana ada permintaan untuk membeli dan menjual, itu bukan cinta kasih. Jadi jika orang berdoa pada Tuhan, “Berikan hamba ini, itu,” itu buakan cinta kasih. Bagaimana itu disebut cinta kasih? Aku mempersembahkan doa dan Anda memberiku sesuatu sebagai balasannya. Itu tiada lain semata-mata suatu masalah perdagangan biasa saja.
Seorang raja agung bepergian ke hutan untuk berburu, dan disana beliau kebetulan bertemu seorang pertapa. Dia bercakap-cakap sebentar dengan sang petapa dan menjadi tenang sehingga beliau menawarkan sang pertapa untuk menerima hadiah. “Tidak” kata sang pertapa. “Hamba sudah cukup puas denga keadaan hamba. Pepohonan ini memberi cukup makanan untuk hamba. Aliran sungai yang murni ini sudah cukup memberi hamba air, yang hamba inginkan. Hamba tidur di goa ini. apa peduli hamba dengan hadiah Anda, meskipun Anda seorang kaisar? Sang raja menjawab : “Hanya untuk menyicikanku, mengungkapkan rasa syukurku, ikutlah bersamaku ke kota dan terimalah beberapa hadiah dariku.” Akhirnya sang rsi stuju untuk ikut sang raja, dan dia dibawa ke istana raja, dimana emas, perhiasan, kemewahan dan segala sesuatu menakjubkan tersedia. Kekayaan dan kekuasaan tercermin dimana-mana. Sang raja memintanya menunggu sebentar karena beliau sedang berdoa, beliau pergi ke pojok dan mulai berdoa. “Tuhan berilah hamba kekayaan, anak yang cukup dan wilayah yang lebih luas.” Sementara sang rsi yang mendengar doa itu, dia pun bangkit, melangkah pergi. Sang raja melihat hal ini langsung mengejarnya. “Tuan, tunggu. Anda belum menerima hadiah dariku, lantas pergi begitu saja.” Sang rsi berbalik dan berkata, Hai pengemis, aku taka meminta pada pengemis. Apa yang dapat kau berikan padaku? Sementara setiap saat kau mengemis seperti itu.”
Yang seperti itu bukanlah bahasa cinta kasih. Apa perbedaan cinta kasih dengan sikap jual beli, jika kau memohon Tuhan untuk memberi ini dan itu? Ujuan pertama dari cinta kasih adalah bahwa cinta kasih tak mengenal tawar-menawar. Cinta kasih selalu sebagai pemberi dan bukan penerima. Kata putra Tuhan, jika tuhan berkhendak, aku berikan segalanya pada-Nya, namun namun aku tak menginginkan apapun dari-Nya. Aku tak menginginkan apapun dari ala mini. Aku mencintai-Nya karena aku ingin mencintai-Nya. Dan aku tak menginginkan apapun sebagai balasannya. Ujian yang kedua adalah bhawa cinta kasih tak mengenal rasa takut. Karena tak mungkin cinta kasih dalam ketakutan. Cinta kasih menaklukan segala ketakutan demikian juga dalam mencintai Tuhan. Yang ketiga masih tetap merupakan ujian tertinggi. Cinta kasih selalu merupakan cita-cita tertinggi, kalau seseorang sudah melewati dua tingkatan tadi, ketika ia telah membuang segala sifat tawar menawar tadi dan membuang segala rasa takut, maka orang itu mulai menyadari bahwa cinta kasih adalah tujuan tertinggi.

Perlunya Seorang Guru
sekarang dalam perkembangan kecerdasan kita dapat memperoleh banyak bantuan dari buku-buku bacaan, namun dalam perkembangan spiritual, hal itu hampir tidak dapat. Dalam mempelajari kitab-kitab, kadang kadang kita dibingungkan pada pemikiran bahwa kita sudah dibantu secara spiritual. Namun jika kita menganalisa diri kita lebih jauh, kita akan mendapatkan bahwa yang dibantu itu adalah kecerdasan kita bukan roh. Itulah alasannya mengapa setiap kita dapat berbicara yang hebat tentang hal spiritual, namun dalam prakteknya sangat disayangkan bahwa kita sama sekali kurang. Itu dikarenakan oleh buku yang tidak dapat memberi kita dorongan dari luar. Untuk mempercepat perkembangan spiritual, kesan itu harus datang dari roh lain.
Roh yang memberi dorongan spiritual itulah yang disebut Guru dan roh yang diberikan dorongan itu disebut siswa (murid). Untuk menyampaikan dorongan ini, maka roh yang akan meyampaikan dorongan itu harus memiliki kekuatan penyampaian pada si murid. Dan sebalikya, roh yang akan diberi kekuatan itu harus sudah layak untuk menerimanya. Benihnya haruslah benih yang hidup, dan tanahnya harus tanah gembur yang telah di bajak dan kalau kedua syarat ini terpenuhi maka perkembangan yang luar biasa dalam hal agama akan terjadi. Penyebar agama haruslah orang hebat; demikian pula yang mendengarnya, maka jika kedua orang ini memenuhi syarat tadi maka dengan sendirinya terjadi perkembangan keagamaan luar biasa, yang pesat. Mereka inilah guru sejati dan murid sejati.

Selasa, 04 November 2014

Konsep Moksa dalam Lontar Pamatelu Bhatara

PENDAHULUAN
 Ajaran agama Hindu yang berkembang di Indonesia adalah ajaran Siwa Siddhanta, ajaran ini diartikan sebagai doktrin dari ajaran Siwa. Menurut Sara Sastra (2005) dalam bukunya yang berjudul “Konsepsi Monotheisme dalam Agama Hindu” dijelaskan bahwa ajaran Siva Siddhanta merupakan ajaran agama Hindu yang berkembang di Indonesia, yaitu suatu ajaran yang menekankan pada pemujaan lingga dan tokoh Tri Murti yaitu Brahma, Visnu dan Siva. Dapat tiartikan bahwa Siwa sebagai dewa tertinggi yang dipuja disamping merangkul segala sekta-sekta yang ada. Masuknya agama Hindu di Bali pada khususnya sesuai dengan tradisi dan budaya yang telah berkembang sebagai contoh pada jaman dahulu masyarakat telah mengenal kepercayaan Animisme (kepercayaan terhadap roh nenek moyang/leluhur) dan Dinamisme ( kepercayaan terhadap benda-benda sakral, salah satunya seperti gunung, matahari, pohon besar dan lain-lain) sehingga agama Hindu dengan mudah mampu diterima masyarakat Bali pada khusunya. Banyak karya sastra klasik berupa lontar-lontar yang berkembang di Bali yang menjadi bukti perkembangan ajaran Siwa siddhanta. Seperti contohnya Lontar Pamatelu Bhatara dan lain sebagainya yang masih banyak terdapat di Bali. inti ajaran lontar-lontar yang bercorak Siwaisme adalah Siwa sebagai realitas tertinggi.

KONSEP SIWA, SADA SIWA DAN PARAMA SIWA DALAM LONTAR PAMATELU BHATARA
 iti pamatelu bhatara, rahasia sira, away wera, apan larangan temen, nihan pamatelu bhatara, kaweruhakena, luirnia, siwa, sada siwa, parama siwa. Siwa nga, cemibeki, sada siwa nga, wiapi wiapaka, parama siwa nga, acintya tan kawastu, laksananing siwa, kadiangganing aditya wimba, aneng we dalem gata, laksananin sadasiwa, kadiangganing aditya iruhur camana, laksananing parama siwa, kadiangganing akasa,tuhu katon tan pasambutansiwa nga, pinaka cerip, atma jatining awak nira, tunggal dadi moksah, tan pawilangan jati sira.
Artinya : ini tentang pamatelu bhatara, sangat rahasia beliau, jangan gegabah, sebab sangat dilarang, ini pamatelu bhatara, supaya di ketahui, seperti Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa. Siwa artinya cemibeki, Sada Siwa artinya wyapi wyapaka, Parama Siwa artinya acintya tak berupa, hakekat Siwa seperti matahari yang berada di air dalam tempayan, hakekat Sada Siwa seperti matahari yang berada di atas pohon, hakekat Parama Siwa seperti halnya angkasa yang dapat dilihat namun tidak bisa di jamah, Siwa artinya sebagai cerip, berwujud jiwa/ atma sebenarnya beliau, yang menyatu menjadi moksa, tidak bisa di bicarakan/di ungkapkan sebenarnya beliau. Lontar pamatelu bhatara adalah lontar yang membahas tentang konsep Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa, Siwa adalah cemibeki, Sada siwa adalah wyapi wyapaka dan Parama Siwa adalah acintya yang tak berwujud. Siwa dalam lontar ini di umpamakan sebagai bayangan matahari, yang berada di dalam tempayan berisi air, sedangkan hakekat Sada Siwa diumpamakan sebagai bayangan matahari yang berada diatas pohon, sedangkan hakekat Parama Siwa sama seperti angkasa yang dapat dilihat namun tidak bisa di jamah. Antara konsep Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa adalah merupakan satu kesatuan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Antara Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa di ibaratkan seperti Atma yang menyatu menjadi moksa, seperti api dalam kayu, seperti minyak dalam susu, sedangkan jika dilihat dari siftnya Siwa adalah berwujud jiwa/atma sedangkan Sada Siwa berwujud wyapi wyapaka / ada di mana ana, dan berwujud suksma, sedangkan Parama Siwa berwujud acintya dan tak bisa di wujudkan dalam dunia dan dalam tubuh kita. Jika diumpamakan konsep Siiwa, Sada Siwa dan Parama Siwa diumpamakan seperti halnya matahari, yang hanya ada satu tidak ada duanya, kemudian letakkan sejuta tempayan yang berisi air, di dalam tempayan yang berisi air akan terlihat masing masing satu matahari, jika dilihat dari konsep tersebut maka Parama Siwa diumpamakan sebagai matahari, Sada Siwa diumpamakan sebagai sinar matahari, dan bayangan matahari yang berada di setiap tempayan yang berisi air diumpamakan sebagai Siwa, Parama Siwa memberikan kehidupan bagi setiap mahluk, Sada Siwa menciptakan semua mahluk hidup , sedangkan Siwa adalah jiwa yang berada dalam setiap mahluk. Konsep Parama Siwa memiliki sifat acintya, adresimohita (resi agung), aprajna/maha tahu, awatcil/tak terbayangkan, awastu/tak berwujud, asemati/ maha kecil, alekia/tak berujung pangkal, anubarja/tak dapat dikatakan, awiatjiheni/tidak bisa di lihat, asanggata/tak terjamah. Sedangkan Sada Siwa adalah Parama Siwa yang sudah mulai terikat dengan unsur unsur maya dan sudah mengambil tugas dan fungsi masing-masing. Siwa adalah Parama Siwa yang sudah terikat oleh maya, dan pradana, tri guna, saluranga, tri mala, segala jenis mala/kekotoran, sebab sama sama merupakan suksmaning/hakekat maya, dan kasuksman bhatara, beliau tidak berawal dan berakhir, beliau juga tidak bisa di khayalkan, swabhawa beliau yang mengikuti maya, terlihat seperti berbentuk tiga wujud, Demikianlah terlihat antara Parama Siwa, Sada Siwa, dan Siwa terlihat sebagai tiga wujud namun mereka sebenarnya adalah satu, seperti diumpamakan aditya/matahari, dan tempayan, maya itu diumpamakan membuat tempayan, jumlahnya seratus juta, bhatara diumpamakan sebagai matahari, Dalam konsep Sada Siwa dan Siwa sudah terikat dengan unsur maya, pradana dan purusa, jika dilihat dari perumpamaan diatas yang tergolong kedalam unsur pradana adalah air dalam tempayan, purusa di ibaratkan sinar matahari,, semua tempayan yang berisi air, akan terdapat matahari, demikian juga pradana, yang membuat tubuh segala mahluk hidup, di setiap tubuh mahluk terdapat sang hyang atma, di setiap keberadaan pradana, dan atma yang menyelimuti tubuh, di ikuti oleh tri guna, sad warga, tri mala, sarwa mala, terikat menjadi satu dengan tubuh kita.


KONSEP MOKSHA DALAM LONTAR PAMATELU BHATARA
Moksa, sejatinya merupakan titik akhir yang hendak dicapai bagi orang yang menekuni sadhana ( Suweta, 2012 : 14). Kita lahir berulang kali (inkarnasi) untuk meningkatkan perkembangan evolusi jiwa. Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman dan perkembangan spiritual yang berbeda. Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual yang berbeda pula. Semua jalan rohani di dunia ini penting karena ada orang orang yang membutuhkan ajarannya. (Kamajaya, 1998 : 1). Dalam lontar pamatelu bhatara moksa dapat dicapai dengan menguasai pikiran manusia sehingga pikiran dapat terkendali. Berikut penjelasannya.
moksa , nga, ndah wusana inujaraken, pahening juga, yan weruh, yan tan weruh matakuan juga, apan iya matakuan, iya mawarah, ya guru, iya sisia, matangyan kita yan weruh, yan tan weruh mapunggung matakuan ta, ya, apan tan padening urip kapanjang, yan kita tan weruh rumaseng rahasia, inget iget tang sabda sangkania, muang parania, ikang warah lawan takuan, tan sangkaring sabda ika, tan ampih, sabda juga ta tanana waneh, sabda takuan, tuhu rasaning warah, lawan takuan, inget inget denta, rep mari winuwus, iki pametelu bhatara.
Artinya: moksa namanya, demikianlah akhir dari yang disampaikan, maka resapilah, jika tidak tahu, bertanyalah, sebab beliau bertanya, beliau mengajarkan, beliau guru, beliau murid, itulah sebabnya jika kamu tahu, jika tidak tahu dan bodoh bertanyalah, sebab semuanya tidak sama sepanjag hidupmu, jika kamu tidak tahu merasakan yang sulit ini, maka ingatingatlah semua yang dikatakannya ini dan penyebabnya, dan kemana jalannya, perkataan dan pertanyaanya, tidaklah disebabkan dari perkataanitu, tidak keduanya, perkataan ini tiada lain, perkataan pertanyaan, sebenarnya adalah merasakan perkataan, dan pertanyaan, ingat ingatlah selalu, akan hilang saat di sebutkan, inilah pamatelu bhatara. Tingkat kelahiran manusia di sebabkan oleh banyak sedikitnya unsur maya yang menyelimuti jiwa/atma. Penjelmaan yang utama (swarga Cyuta) terjadi apabila atma sedikit diselimuti oleh unsur maya, sedangkan penjelmaan atma yang madya terjadi apabila atma diselimuti oleh unsur maya yang lebih banyak dari pejelmaan yang utama, sedangkan penjelmaan atma yang nista terjadi apabila atma diselubungi oleh mala/kekotoran yang bayak, sedangkan moksa terjadi apabila atma/jiwa sudah terlepas dari unsur maya yang mengikatnya. jadi secara garis besarnya dapat disimpulkan ada penjelmaan atma nista jika atma itu sudah benar benar kotor, maka akan terjerumus kedalam neraka, dan terlahir kembali menjadi binatang melata, jika atma itu madya, akan terbang kedalam tri bhuwana, menjadi manusia, akan menjadi raja yang berkuasa, jika utama atma itu, akan menikmati sorga menjadi para dewa, dan widya dara, jika terlepas dari nista madya dan utama atma itu, maka akan menemukan moksalah atma itu, kawisesan bhatara, seperti halnya Bhatara Paramasiwa Usaha atma dalam pencapaian moksa/menyatu dengan Brahman di tentukan oleh jnana atma, sebab jnana atmalah yang mengadakan perbuatan yang baik dan buruk jika jnana itu ingat untuk memperingatkan sang atma, tentang Swabhawa Bhatara, maka atma itu akan selalu berbuat yang baik, dan sedikitlah sang atma terikat dengan kekotoran itu, disesuaikan pula dengan kekotoran yang mengikat jnana utama itu, yang nantinya dapat membahayakan/meracuni sang atma, maka tidak baiklah sang atma jika demikian, akan banyak terikat oleh kekotoran, berbuat baik dan buruk, ingat dengan hukum subha asubha karma, kenistaan hukum kelahiran yang berulang ulang/punarbhawa, utamakanlah kebenaran jnana, yang akan membuat atma mencapai moksa,

EKSISTENSIALISME & HUMANISME

PENDAHULUAN
 Lahirnya filsafat memberikan dampak positif bagi perkembangan ilmu di dunia, filsafat mampu menggali doktrin-doktrin yang bersifat dogmatik ke arah yang lebih rasional sehingga masayrakat mampu menerima hal-hal tersebut. Lahirnya filsafat tidak terlepas dari kekangan gereja pada jaman dahulu, dimana kekuasaan pemerintahan tunduk kepada gereja, semua ajaran bersumber dari wahyu tuhan yang tidak dapat di ganggu gugat, siapa yang menentang berarti menentang tuhan. Seiring perkembangan jaman, manusia jenuh akan hal tersebut semuanya diatur oleh kekangan gereja, sehingga muncul tokoh-tokoh pemikir pada waktu itu yang berani mengemukakan pendapant dan pandangan mereka yang bertentangan dengan pandangan gerej. Para pemikir pada waktu itu tidak sedikit yang dikenakan hukuman mati oleh kaum gereja, karena telah dianggap menentang tuhan. Filsafat dimulai dengan rasa ingin tahu dan keragu-raguan menurut Suriasumantri (1990 : 19) menyatakan bahwa berfilsafat berarti berendah hati bahwa tifdak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. jadi jelas bahwa alam semesta yang begitu besar masih banyak menyimpan berbagai misteri yang belum terjamah oleh manusia. Filsafat adalah proses memburu kebenaran dari hakekat seluruh realitas dan setiap hal yang dipermasalahkan. Oleh sebab itu, berfilsafat adalah memburu kebenaran tettang segala sesuatu. Kegiatan memburu kebenaran tersebut harus dilakukan secara kritis, terbuka, toleran, ditinjau dari berbagai sudut pandang tanpa prasangka, bebas dari mitos dan legenda ( Tim Penyusun, 2010 : 107). Seiring berkembangnya ilmu filsafat masyarakat sudah mulai berfikir menggunakan rasio mereka, tidak percaya lagi dengan adanya dogma-dogma sehingga filsafat melahirkan banyak aliran sepeti yang akan dibahas pada makalah ini yaitu eksistensialisme dan humanisme, aliran filsafat ini memberikan ciri khas tersendiri, seperti pendapat para tokoh-tokoh aliran ini yaitu Nietzshe, Sorean Kierkegaard dan Sartre, yang sangat menarik apabila di diskusikan.
PEMBAHASAN
Humanisme dan Eksistensialisme 
Istilah humanisme berasal dari humanitas, yang berarti pendidikan manusia. dalam bahasa Yunani disebut paideia. Kata ini populer pada masa Cirero dan Varro. Adapun humanisme pada pertengahan abad ke-14 M adalah gerakan filsafat yang timbul di Italia dan kemudian berkembang ke seluruh Eropa. Humanisme menegasakan bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu. Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang selama ini terkubur pada abad pertengahan. Oleh karena itu, warisan filsafat klasik harus dihidupakan dan warisan abad pertengahan ditinggalkan. Kebebasan manusia adalah salah satu tema pokok humanisme. Pico adalah salah seorang tokoh humanisme berkata, “ Manusia dianugrahi kebebbasan memilih oleh Tuhan dan menjadikannya pusat perhatian dunia. Dengan posisi itu dia bebas memandang dan memilih yang terbaik”. Valla, salah seorang tokoh huamnisme, menolak superioritas agama atas manusia. manusia menurut Valla, berhak menjadi dirinya dan sekaligus mennetukan nasibnya. Tujuan manusia adalah menikmati dunia dan bersenang-senang. Humanisme pada awalnya tidak anti agama. Humanisme ingin mengurangi peran intuisi gereja dan kerajaan yang begitu besar, sehingga manusia sebagai mahluk Tuhan kehilangan kebebasannya. Humanisme pada awal Renaisance berbeda dengan humanisme abad ke 19 dan ke-20, kendati dalam beberapa hal ada kesamaanya. Humanisme waktu itu bertujuan untuk meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-sifat dan kecakapan alamiah manusia. pada waktu itu para humanis tidak menyangkal adanya Zat Yang Maha Tinggi. Haya saj mereka berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah dalam diri manusia telah memiliki nilai cukup untuk dijadikan sasaran pengenalan manusia. tanpa wahyu pun, seseorang mampu berkarya dengan baik dan sempurna. Setelah beberapa abad kemudian, baru muncul gerakan humanisme yang melepaskan segala hal yang berkaitan dengan Tuhan dan akhirat dan hanya menerima hidup di dunia ini seperti apa adanya. Puncak perkembangan humanisme adalah eksistensialisme di Jerman, abad ke-19. Eksistensialisme mengakui bahwa eksistensi mendahului esensi (harkat). Sebagaimana Marxisme, eksistensialisme mengutamakan manusia sebagai individu yang bebas dan menghilangkan peran Tuhan dalam kehidupannya. Kendati kedua paham tersebut mengutamakan manusia, Marxime mengutamakan perbaikan manusia dari segi sosial, sedangkan eksistensialisme mengutamakan kemajuan dan perbaikan pribadi. Eksistensialisme yang ekstrem tidak hanya sampai pada ketidakpercayaan kepada Tuhan, bahkan menyerang Tuhan, Nietzsche, salah seorang seorang tokoh eksistensialisme dengan lantang mengatakan bahwa Tuhan telah mati dan terkubur. Karena itu, para penganut agama tidak perlu lagi takut akan dosa. Berbeda dengan Nietzsche, Soren Kierkegaard masih mengakui keberadaan Tuhan, bahkan pencak petualangan pemikirannya berakhir pada Zat Yang Mutlak, yaitu Tuhanbaginya adalah tempat untuk menyerahkan segala kesejatian dan hidupnya. Pendapat Para Tokoh Humanisme dan Eksistensialisme Soren Abye Kierkegaard, salah seorang pelopor eksistensialisme, menekankan pembahasaannya pada individu yang otonaom dan menolak segala bentuk pengelompokan masyarakat. Dia menyatakan bahwa masyarakat, terutama opini yang dibentuk lewat pers, sangat berbahaya karena dengan opini itu eksistensi manusia hilang. Kierkegaard lebih lanjut mengatakan bahwa public adalah kekuatan yang paling berbahaya sebab orang bisa berpidato kepada seluruh bangsa atas nama public. Namun, public kurang artinya dibandingkan dengan seorang manusia tunggal, betapa pun ia tidak penting. Untuk itu, Kierkegaard meningkatkan kita pada kenyataan bahwa orang sering kali berusaha untuk diperhitungkan dengan jalan menggabungkan diri dalam kelompok-kelompok atau menggalang kekuatan dengan mengumpulkan tanda tangan. Ini sutu bukti bahwa orang-orang tersebut tidak mampu untuk tampil sendiri secara berarti; mereka ini adalah orang-orang yang lemah. Menagndalkan diri pada kekuatan numerik belaka adalah kelemahan etis, kata Kierkegaard. “Bukanlah dua puluh lima tanda tangan baisa menjadikan suatu ketotolan yang mengerikan berubah menjadi opini umum?” Tandas Kiekegaard. Tekanan pada pribadi sanagat menonjol dalam pemikiran Kiekegaard, sehingga dia dianggap sebagai orang pertama yang merumuskan eksistensialisme dengan tepat. Tokoh-tokoh berikutnya, seperti Nietzsche dan Sartre, tidak lepas dari dasar ini. Perbedaan Kierkegaard dengan pelanjutnya adalah akhir petualangan pemikiran mereka. Kendati sama-sama berangkat untuk menonjolakan individu yang bebas, Kierkegaard tidak terjerumus pada atheisme, bahkan dia seorang yang percaya kepada tuhan. Nietzsche, tidak saja menolak wujud Tuhan, tetapi juga menyerang Tuhan. Dengan mematikan Tuhan, demikian Nietzsche, manusia baru bisa bebas bebuat dan bertindak. Sebab, selama ia masih didukung oleh niali-nilai agama, seperti phala dan dosa. Sekarang Tuhan sudah mati dan terkubur, oleh karena itu, manusia tidak usah takut lagi dengan dosa. Dia bebas untuk menentukan nasibnya dan menjadi manusai super. Manusia super, demikian Nietzsche, adalah tujuan manusia yang sempurna, lawannya adalah manusia budak yang tidak memiliki ambisi. Kebajiakn yang utama adalah kekuatan, yang kuatlah yang menang dan segala yang baik harus kuat. Sebaliknya, yang lemah pasti yang buruk. Perang, menurutnya adalah gejala yang wajar untuk menentukan siapa yang terkuat dari berbagai bangsa. Menurut Nietzsche, pikiran-pikiran tentang persamaan derajat manusia atau antar bangsa adalah mustahil dan bertentangan denga kodrat alam. Manusia, demikianlah Nietzsche, harus dilihat dalam konteks yang selalu berbeda dengan yang lain. Adanya usaha untuk menyamakan manusia, seperti demokrasi sebaenarnya menentang kodrat alam tentang diferensiasi. Manusia secara kodrati memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Adapun demokrasi menggembor-gemborkan tentang kesamaan hak, padahal yang berteriak-teriak tentang demokrasi adalah orang yang mementingkan diri sendiri dan ingin berbeda dengan yang lain. Menurut Nietzsche, demokrasi adalah prses pembusukan masyarakat dan akhirnya masyarakat itu tidak akan mampu melahirkan pimpinan yang agung. Peradabaan yang tinggi tidak berbentuk datar, tetapi seperti piramida. Piramida hanya bisa bertahan atas suatu landasan yang luas. Syaratnya adalah kekuatan-kekuatan dikonsolidasikan dengan ampuh dan tangguh. Yang terkuat berada puncak piramida. Individu dalam pemikiran Nietzsche, adalah titik sentral dari segala pembahasannya. Dia tidak saja menolak segala bentuk persamaan manusia, baik menurut adat maupun agama. Nilai baik buruk tidak tergantung pada agama atau adat. Nilai baik tergatung pada individu yang bebas. Nietzsche pernah berkata. “aku ajarkan kepada kamu, jadilah manusia agung. Dulu dosa yang terbesar adalah dosa melawan Tuhan. Tetapi Tuhan sudah mati dan bersamaan denga itu matilah pula pendosaan-pendosaan ini”. Jadilah manusia yang agung , seru Nietzsche sebab manusia ibarat samudra yang luas tidak akan luntur olah arus sungai yang kotor. Manusia harus terus menerus melampaui dirinya sendiri dan mencipta. Lagi pula sudah saatnya manusia menentukan nasib dan tujuannya sendiri serta menanam bibit harapan yang seunggul-unggulnya. Nietzsche, sebagaimana tokoh eksistensialis yang lain, berpendapat bahwa suatu kebenaran bernialai kalau kebenaran itu berhasil. Dia merasa tidak tertarik untuk meneliti apakah agama Kristen benar atau palsu sebab yang penting adalah hasilnya. Dia tidak merasa ragu-ragu untuk lebih mnyukai kebohongan dan kepalsuan asalkan hal-hal ini terbukti lebih berhasil dibandingkan dengan kebenaran. Dia berseru, “Saat ini tidak ada gunanya mempersoalkan apakah orang-orang percaya kepada Tuhan atau tidak. Sekarang, Tuhan hanyalah merupakan sautu kata yang tidak berarti, dan bahkan bukan merupakan konsep. Seperti kebnyakan kaum ateis sejak Feuerbach, Nietzsche juga menjelaskan fenomena keagamaan berdasarkan proses proyeksi yang tidak disadari. Manusia, pada saat tertentu, demikian Nietzsche, menjadisadar akan kekuatan yang terpendam dalam dirinya dan kemampuannya untuk mencinta. Karena tidak berani mengatakan bhwa kekuatan dan cinta itu berasal dari dirinya sendiri, manusai menganggap hal-hal tersebut berasal dari suatu mahluk superhuman (gaib) yang berbeda dengan dirinya. dengan demikian, dia membagi dua aspek dari sifatnya sendiri menjadi dua lingkungan. Aspek yang baisa, wajar, dan lemah milik lingkungan yang disebut ‘manusia’: aspek yang aneh dan luar baisadari sifatnya ditempatkan pada lingkungan lain yang disebut Tuhan. Jadi, dengan menjauhkan segala sesuatu yang sempurna dari dirinya sendiri, manusia berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri. Dengan demikian, agama merupakan suatu proses pencemaran manusia. Agama, menurut Nietzsche, telah merendahkan derajat manusia, akibatnya segala kebaikan, keagungan, kebenaran bersifat superhuman. Untuk membebaskan pikiran manusia dari ide tentang Tuhan, menurut Nietzsche, seorangtidak harus menyalahkan bukti-bukti yang menduga tentang adanya Tuhan. Dia harus menyerang nilai-nilai Kristen yang merendahkan derajat manusia dan menggantikannya dengan nilai yang mulia dan agung. Dengan kemauan yang keras, manusia harus membebasakan dirinya sendiri dari nilai-nili Tuhan yang membebani. Atheisme, di mata Nietzsche, bukanlah suatu masalah spekulatif, tetapi lebih merupakan suatu pengukuhan eksistensial. Untuk menjadi yang benar-benar agunag, demikian Nietzsche, manusai harus gencar mrngumandangkan kematian tuhan. “Kita telah membunuh tuhan”. Tulis Nietzsche dalam suatu ketidak sadaran mistis. “Perbuatan ini terlalu agung bagi kita. Karena itu, tidak perlukah jika sebagai akibat dari tindakan ini, kita sendiri menjadi dewa-dewa? Jerit Nietzscehe.

Senin, 03 November 2014

URMONOTEISME

URMONETEISME
 Paham yang bersifat evolutif mengenai sejarah agama melihat agama sebagai perkembangan dari bentuk yang sederhana menuju bentuk yang lebih tinggi. Seperti pra animisme, animisme, totemisme ke arah bentuk-bentuk yang lebih tinggi seperti politeisme hingga moneteisme. Andrew Lang dan Wilhelm Schmidt memiliki pandangan yang berbeda tentang teori evolusionis agama semacam itu mereka berusaha memperlihatkan bahwa monoteisme orisinil di antara orang-orang primitif dalam artian monoteisme ada secara utuh atau asli sudah ada di antara kebudayaan orang-orang primitif tidak mendapatkan suatu pengaruh dari budaya lain yang telah berkembang, darimana politeisme merupakan bentuk keruntuhan. Teori perkembangan agama dari Peter Schmidt sanagat berbeda denagan teori evolusionis. Pada awal mulanya kepercayaan dengan yang Maha Tinggi muncul di antara orang-orang dan melewati proses kemunduran.